Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada tanaman
Dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan kita tidak bisa memastikan tanaman tersebut kekurangan (defisiensi) maupun kelebihan unsur hara tanpa melakukan pengujian ke laboratorium, sehingga kita bisa salah menentukan dosis pemupukan pada tanaman hanya dengan melihat sifat fisik tanaman mulaiu dari daun, buah batang hingga lingkungan tumbuhnya, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya "mal praktek" dari para pelaksana di lapangan, sebaiknya perlu mengetahui secara pasti keadaan tanaman senyatanya sehingga pengambilan kesimpulan dapat lebih baik.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pelaksanaan "planters" adalah reaksi tanah (pH) merupakan indikasi yang menggambarkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah. Nilai ini berpengaruh pada mudah tidaknya unsur-unsur hara tersedia atau diserap oleh tanaman, adanya unsur beracun bagi tanaman dan aktivitas organisme. Reaksi tanah yang masam mengakibatkan terjadinya pengikatan P oleh Al dan meningkatkan kelarutan Al yang bersifat racun bagi tanaman, serta tidak tersedianya unsur Boron (B) yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
Nitrogen merupakan hara makro yang paling esensial bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Kekurangan unsur ini akan berakibat tanaman tumbuh kerdil, pertumbuhan akan terhambat, daun-daun kuning (kurang memiliki arti produksi). Bahan organik merupakan sumber utama N dalam tanah dan ketersediaannya dipengaruhi oleh ratio antara C dan N. Sebagian besar N tanah terikat dalam bentuk organik dan sebagian kecil dalam bentuk anorganik. N organik tidak dapat diserap oleh tanaman. Tanaman menyerap Nitrogen dalam bentuk Amonium (NH4) dan Nitrat (NO3). N dalam tanah dapat berkurang atau hilang melalui pencucian, penguapan dan diserap oleh tanaman.
Pengaruh kegiatan pengusahaan hutan terhadap kadar N-total dapat terjadi melalui berkurangnya kadar bahan organik, meningkatnya proses pencucian dan erosi serta perubahan sifat kimia tanah. Perbedaan kadar bahan organik pada masing-masing jenis kegiatan dapat disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik awal, faktor topografi, intensitas pelapukan dan erosi yang terjadi. Bagi tanaman, Fosfor (P) merupakan unsur hara makro esensial kedua setelah Nitrogen. Unsur ini sering ditambahkan ke dalam tanah sebagai pupuk, karena pada umumnya tanah-tanah di Indonesia khususnya pada lahan-lahan marginal memiliki kandungan P yang sangat rendah. P dalam bentuk P organik dapat dibebaskan menjadi bentuk anorganik melalui proses dekomposisi sehingga dapat diserap oleh tanaman. Bentuk P anorganik dalam tanah jumlahnya sedikit dan sukar larut dalam air. Kadar P-total pada areal calon lokasi Perkebunan berkisar antara 1,15 mg/100 g - 5,49 mg/100 g, tergolong sangat rendah.
Seperti halnya N dan P, unsur Kalium (K) juga merupakan unsur makro esensial bagi tanaman. Secara umum unsur ini bersama unsur N dan P menentukan tingkat produksi tanaman. Gejala kekurangan K pada tanaman berakibat pinggir daun berwarna coklat, tanaman kerdil dan daun tua menguning. Sumber K dalam tanah umumnya ditemukan dalam bentuk mineral yang kompleks. Bentuk tersebut mudah berubah bila tercuci oleh air yang mengandung CO2 atau asam-asam lainnya. Sebagian besar kandungan K dalam tanah berasal dari pelapukan batuan yang mengandung K seperti mika dan feldspar (menghasilkan ion K bagi tanaman)
Kapasitas tukar kation suatu jenis tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap kation-kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid-koloid tanah yang bermuatan negatif. Nilai KTK berkaitan erat dengan kesuburan tanah, dimana tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan nilai KTK rendah. Besarnya KTK sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis liat, serta humus tanah.
Aluminium (Al) dalam tanah dapat menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung tingginya kadar Al dalam tanah dapat meracuni tanaman, sedangkan secara tidak langsung Al dapat sebagai pensuplai ion H yang pada akhirnya mempengaruhi pH tanah sehingga pH rendah dan mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara. Al yang tinggi juga dapat mengikat unsur-unsur lain seperti Pospor (P) dan Boron (B) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.
Strategi dalam penyusunan rekomendasi pemupukan adalah memberikan unsur hara (dosis pupuk) yang mencukupi dan seimbang pada tanaman sehingga memungkinkan dicapainya produktifitas yang optimum. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan rangkaian kerja yang saling berkaitan, yaitu:
– Pengambilan contoh daun (LSU)
– Pengamatan defisiensi hara
– Analisa daun di laboratorium
– Pengambilan contoh tanah (SSU)
– Analisa tanah di laboratorium
– Penyusunan rekomendasi
– Aplikasi pemupukan yang baik (jenis, dosis, cara, waktu)
– Data produksi dan pengelolaan kultur teknis.
untuk jasa Lab dapat di download disini