Jumat, 31 Agustus 2018

Strategi Penyusunan Rekomendasi

Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada tanaman

Dalam pelaksanaan pembangunan perkebunan kita tidak bisa memastikan tanaman tersebut kekurangan (defisiensi) maupun kelebihan unsur hara tanpa melakukan pengujian ke laboratorium, sehingga kita bisa salah menentukan dosis pemupukan pada tanaman hanya dengan melihat sifat fisik tanaman mulaiu dari daun, buah batang hingga lingkungan tumbuhnya, hal inilah yang mengakibatkan terjadinya "mal praktek" dari para pelaksana di lapangan, sebaiknya perlu mengetahui secara pasti keadaan tanaman senyatanya sehingga pengambilan kesimpulan dapat lebih baik.


Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pelaksanaan "planters" adalah reaksi tanah (pH) merupakan indikasi yang menggambarkan tingkat kemasaman atau alkalinitas tanah.  Nilai ini berpengaruh pada mudah tidaknya unsur-unsur hara tersedia atau diserap oleh tanaman, adanya unsur beracun bagi tanaman dan aktivitas organisme.  Reaksi tanah yang masam mengakibatkan terjadinya pengikatan P oleh Al dan meningkatkan kelarutan Al yang bersifat racun bagi tanaman, serta tidak tersedianya unsur Boron (B) yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

Nitrogen merupakan hara makro yang paling esensial bagi pertumbuhan vegetatif tanaman.  Kekurangan unsur ini akan berakibat tanaman tumbuh  kerdil, pertumbuhan akan terhambat, daun-daun kuning (kurang memiliki arti produksi).  Bahan organik merupakan sumber utama N dalam tanah dan ketersediaannya dipengaruhi oleh ratio antara C dan N.  Sebagian besar N tanah terikat dalam bentuk organik dan sebagian kecil dalam bentuk anorganik.  N  organik tidak dapat diserap oleh tanaman.  Tanaman menyerap Nitrogen dalam bentuk Amonium (NH4) dan Nitrat (NO3).  N dalam tanah dapat berkurang atau  hilang melalui pencucian, penguapan dan diserap oleh tanaman. 

Pengaruh kegiatan pengusahaan hutan terhadap kadar  N-total dapat terjadi melalui berkurangnya kadar bahan organik, meningkatnya proses pencucian dan erosi serta perubahan sifat kimia tanah. Perbedaan kadar bahan organik pada masing-masing jenis kegiatan dapat disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik awal,  faktor topografi, intensitas pelapukan dan erosi yang terjadi.  Bagi tanaman, Fosfor (P) merupakan unsur hara makro esensial kedua setelah Nitrogen.  Unsur ini sering ditambahkan ke dalam tanah sebagai pupuk, karena pada umumnya tanah-tanah di Indonesia khususnya pada lahan-lahan marginal memiliki kandungan P yang sangat rendah.  P dalam bentuk P organik dapat  dibebaskan menjadi bentuk anorganik melalui proses dekomposisi sehingga dapat diserap oleh tanaman.  Bentuk P anorganik dalam tanah jumlahnya sedikit  dan sukar larut dalam air.  Kadar P-total pada areal calon lokasi Perkebunan berkisar antara  1,15 mg/100 g - 5,49 mg/100 g, tergolong sangat rendah.

Seperti halnya N dan P, unsur Kalium (K) juga merupakan unsur makro esensial bagi tanaman.  Secara umum unsur ini bersama unsur N dan P menentukan tingkat produksi tanaman.  Gejala kekurangan K pada tanaman berakibat pinggir daun berwarna coklat, tanaman kerdil dan daun tua menguning.  Sumber K dalam tanah umumnya ditemukan dalam bentuk mineral yang kompleks. Bentuk tersebut mudah berubah bila tercuci oleh air yang mengandung   CO2  atau asam-asam lainnya.  Sebagian besar kandungan K dalam tanah berasal dari pelapukan batuan yang mengandung K seperti mika dan feldspar (menghasilkan ion K bagi tanaman)

Kapasitas tukar kation suatu jenis tanah adalah kemampuan tanah untuk menyerap kation-kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid-koloid tanah yang bermuatan negatif.  Nilai KTK berkaitan erat dengan  kesuburan tanah, dimana tanah dengan nilai KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan nilai KTK rendah.   Besarnya KTK sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis liat, serta humus tanah.  

Aluminium (Al) dalam tanah dapat menimbulkan hambatan bagi pertumbuhan  tanaman secara langsung maupun tidak langsung.  Secara langsung tingginya kadar Al dalam tanah dapat meracuni tanaman, sedangkan secara tidak langsung Al dapat sebagai pensuplai ion H yang pada akhirnya mempengaruhi pH tanah sehingga pH rendah dan mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara.  Al yang tinggi juga dapat mengikat unsur-unsur lain seperti Pospor (P) dan Boron (B) sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Strategi dalam penyusunan rekomendasi pemupukan adalah memberikan unsur hara (dosis pupuk) yang mencukupi dan seimbang pada tanaman sehingga memungkinkan dicapainya produktifitas yang optimum.  Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan rangkaian kerja yang saling berkaitan, yaitu:

–    Pengambilan contoh daun (LSU)
–    Pengamatan defisiensi hara
–    Analisa daun di laboratorium
–    Pengambilan contoh tanah (SSU)
–    Analisa tanah di laboratorium
–    Penyusunan rekomendasi
–    Aplikasi pemupukan yang baik (jenis, dosis, cara, waktu)
–    Data produksi dan pengelolaan kultur teknis.



untuk jasa Lab dapat di download disini

Kamis, 30 Agustus 2018

Unsur Hara Nitrogen

Sebagai unsur kimia dan komponen utama yang penting dalam tanaman, protoplasma sel mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi, dan juga merupakan unsur pokok protein, asam amino, almida dan alkolida. Klorophil juga mempunyai unsur nitrogen, jika dalam keadaan dibawah optimal ada kecendrungan nitrogen akan ditransfer ke jaringan yang lebih muda, yang secara fisiologis merupakan daerah aktif titik tumbuh. Nitrogen terdapat dalam pupuk urea atau Za, gejala kekurangan unsur hara Nitrogen dapat di lihat pada daun muda dengan gejala daun yang pucat dan kalau siang hari seperti transparan.


Gejala defisiensi  N.

Pada tanaman di pembibitan yang masih muda sekali, daun menunjukkan warna hijau pucat. Warna pucat diikuti dengan warna kekuningan dan jaringan daun sangat kekurangan N sehingga menunjukkan gejala nekrosis.  Pelepah daun yang sangat kekurangan N akan menghasilkan anak daun yang berwarna kuning. Tulang anak daun dan helaian anak daun mengecil serta bergulung ke dalam   

Gejala dimulai dari pelepah tua yang berwarna hijau pucat sampai kekuningan. Pada tahap selanjutnya tulang daun berwarna orange terang dan orange kecoklatan, tulang anak daun dan hulaian daun mengecil dan menggulung kedalam.

Gejala lainnya, terutama pada tanaman yang lebih muda ialah anak daun dari pelepah yang muncul belakangan menjadi lebih sempit sehingga tanaman nampak tegak dan kaku serta luas permukaan daun berangsur menurun.

Pada tanaman di lapangan, mula-mula daun berwarna hijau pucat dan berangsur-angsur kuning. Pada tingkatan yang lebih lanjut warna berubah menjadi coklat atau merah lembayung dan akhirnya jaringan mati mulai dari pinggir anak daun.

Penyebab defisiensi  N.    
Adanya persaingan yang berat antara tanaman dengan gulma seperti lalang (Impereta cylindrica L.), mikania (Mikania micrantha ) dan pakisan ( fems ). 

Kandungan nitrogen dalam tanah yang rendah. Tanah dengan drainase jelek (reduktif) sehingga terjadi proses denitrifikasi (nitrogen hilang dalam bentuk gas N2). Sifat fisik tanah, misalnya kandungan liat tinggi, tergenang air sebelumnya, lapisan tanah dangkal, berbukit dan tanaman tumbuh pada tanah yang berbatu-batu.

Antagonisme (saling tolak atau saling tarik dengan unsur hara lainnya). eremajaan yang sudah sering dilakukan akan menurunkan persediaan unsur hara Nitrogen di dalam tanah. Pemupukan N yang tidak mencukupi. Tersedianya hambatan mineralisasi N yang disebabkan rendahnya pH tanah yang menghambat aktivitas mikroba tanah.

Tindakan pencegahan.
Beberapa tindakan untuk mencegah dan menangani defisiensi N :

Selama periode tanaman belum menghasilkan tindakan pencegahan sebaiknya dilaksanakan dengan melakukan kombinasi antara pemindahan yang dilakukan secara hati-hati, pemupukan N, dan pembangunan penutup tanah leguminosa yang tumbuh cepat.

Mengendalikan secara dini tumbuhan yang bersifat kompetior bagi tanaman kelapa sawit dan melakukan perawatan tanaman kacangan. Pada Tanaman Menghasilkan (TM) pemupukan N diperlukan untuk mempertahankan N daun sekitar 2,5-2,8 %.

Perbaikan sistem drainase tanah harus juga dilakukan pada tanah-tanah yang selalu jenuh air dan pada tanah-tanah dengan permukaan air yang tinggi.
 
Meningkatkan bahan organik tanah,  Meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah secara bioteknologi, Mencegah terjadinya aliran permukaan dan erosi. Mengaplikasikan pupuk secara tepat (jenis pupuk, dosis, cara dan waktu aplikasi) dan lakukan mnitoring dengan pengambilan contoh daun. 

Pengujian Lab terhadap Unsur hara pada tanaman kelapa sawit
Unsur Hara Satuan Kondisi Difiseiensi Kondisi Optimum Kondisi berlebihan
< 6 Thn > 6 Thn < 6 Thn > 6 Thn < 6 Thn > 6 Thn
N % < 2.5 < 2.30 2.60 - 2.90 2.40 - 2.80 > 3.10 > 3.00

Contoh Hasil Analisa Pengujian Terhadap Unsur Hara
Sampel N Analisa
1 2,266 K
2 2,536 O
3 2,550 O
4 2,571 O
5 2,888 O
6 2,192 K
7 2,816 O
8 2,247 K
9 2,362 O
10 2,622 O
11 2,941 O
12 2,890 O
13 3,217 L
14 2,991 O
15 2,994 O
16 2,388 K
17 2,956 O
18 1,382 K
19 2,901 O
20 2,217 O
21 3,174 L
22 2,906 O
23 2,581 O
24 2,586 O
25 2,409 K
26 2,647 O
Keterangan :
K = Kekurangan
O = Optimum
L = Kelebihan





Minggu, 12 Agustus 2018

Pupuk Kompos Dari Tankos


Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintesis sampai dengan 50%, pupuk organik yang dihasilkan dari TKKS dapat beupa pupuk kompos dan pupuk Kalium.

Pupuk kompos adalah bahan organik yang telah mengalami fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. pada prinsipnya pengomposan TKKS untuk menurunkan nisbah C/N yang terkandung didalam tandan segar agar mendekati nisbah C/N tanah. C/N yang mendekati nisbah C/N tanah akan mudah diserap oleh tanaman. C/N kompos yang diinginkan adalah < 20

Kompos merupakan pemanfaatan lain dari tandan kosong setelah melalui proses dekomposisi sehingga terjadi penurunan bobot dan volume dari tandan kosong tanpa mengurangi potensi hara yang terkandung didalamnya. Kompos yang dihasilkan sekitar 20% dari TKS. Setiap periode produksi kompos, JLTZ harus melakukan sampling terhadap kompos yang sudah matang dan mengirimkannya ke Lab untuk dianalisa nutrisinya.

Kompos TKKS dapat dimanfaatkan untuk memupuk semua jenis tanaman. Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain sebagai berikut :
Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap kedalam tanah, dapat diaplikasikan pada sembarang musim.

Tandan kelapa sawit yang diubah menjadi kompos tidak hanya mengandung nutrisi tetapi juga mengandung bahan organik lain yang berguna bagi perbaikan struktur organik pada lapisan tanah, terutama pada kondisi tanah tropis. Kompos merupakan sumber Fosfor (P), Kalsium (ca), Magnesium (Mg), dan Karbon (C). Perlu diketahui bahwa pada proses pengomposan TKKS tidak menggunakan cairan asam dan bahan kimia lain sehingga tidak terdapat pencemaran atau polusi. Proses pengomposan pun tidak menghasilkan limbah. berikut Kandungan Hara dari Pupuk Kompos.

Kandungan Hara Kompos (kadar air 60%)
 
No Unsur Hara Rerata %
1 N Nitrogen 3,3
2 P Phosphorus 0,31
3 K Kalium, potassium 2,35
4 Mg Magnesium 0,7

Dosis Aplikasi :
Dosis rekomendasi per pohon Semester I sebanyak 35 kg kompos + 1,0 kg RP, dan Semester II    sebanyak 35 kg kompos

Cara Aplikasi :
Kompos yang sudah matang dimuat dengan Dump-Truck lalu ditimbang di PKS dan diecer di CR serta MR,  Kompos diaplikasikan secara manual dengan diletakkan di antara dua pohon dalam barisan searah jalan rintis, Pupuk RP diaplikasikan merata di atas kompos sesuai dengan dosisnya yang bertujuan untuk menambah hara phosphorus dalam tanah, Seorang mandor bertanggung jawab atas distribusi kompos dan pengawasan aplikasinya.

Waktu Aplikasi :
Kompos yang sudah matang harus segera diaplikasi ke lapang untuk mengurangi kehilangan haranya.

Kamis, 09 Agustus 2018

Manfaat Tankos Sebagai Pupuk Organik


Tandan kosong merupakan produk samping (by-product) yang dihasilkan PKS dalam bentuk padatan sekitar 21% dari TBS yang di olah. Tandan kosong harus telah diaplikasi dalam kurun waktu 6 hari ke lapangan untuk mengurangi kehilangan haranya. Kandungan unsur hara di TKS cepat merosot/menurun pada penumpukan yang lambat waktu diaplikasi, akibatnya manfaat menggunakan TKS tidak tercapai (maksimal).

Manfaat :

  • Manfaat dari aspek kimia tanah, sumber hara tanaman dan bahan  organik tanah
  • Manfaat dari aspek biologi tanah, media tumbuh bagi mikroganisme mampu merangsang pertumbuhan akar-akar baru tanaman
  • Manfaat fisik tanah, media konservasi tanah guna mencegah resiko erosi dan meningkatkan kemampuan menyimpan air tanah (water holding capacity)
Tankos berpotensi sebagai pupuk karena mengandung unsur hara yang cukup tinggi, memiliki kandungan unsur Nitrogen 1,5%, fosfat 0,5%, kalium 7,3% dan magnesium 0,9%, Tandan kosong dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit baik langsung maupun tidak langsung. Pamanfaatan secara langsung adalah dengan menggunakan tankos yang ditebar langsung di daerah piringan maupun gawangan, sedangkan scara tidak langsung harus melalui proses pengkomposan terlebih dahulu.

Aplikasi Tankos Secara Langsung

Aplikasi tankos secara langsung dapat dilakukan dengan dua cara yakni, dengan menebar secara langsung pada di sekitar piringan (0-2 meter) dari batang, dan cara yang kedua dengan diserakkan di jalur antar tanaman dalam satu baris tanaman, yaitu pada gawangan mati (tempat peletakan/ penyusunan pelepah hasil pruning)

 Dosis

Pemberian tankos pada tanaman diberikan secara langsung kepada tanaman dengan dosis 400-450 kg  per pokok  pertahun, dengan rotasi per semester (6 bulan), dari aplikasi tankos tersebut penggunaan pupuk kimia yang biasa digunakan dapat dikurangi dari segi dosis maupun penggunaannya, dan dengan memanfaatkan unsur hara yang terdapat dalam tankos penggunaan pupuk MOP/Kcl dan Dolomit dapat dihilangkan, serta penggunaan pupuk TSP dalam satu tahun dapat menjadi setengahnya tanpa mengurangi produksi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kelapa sawit (pemupukan) bisa dikurangi.

Fungsi Lain Tankos

Tankos mempunyai fungsi lain selain sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit, juga mempunyai fungsi dalam menyerap dan menahan air, sehingga dapat mempertahankan kelembaban tanah, sehingga dengan terjaganya kelembaban tanah maka ketersediaan air bagi tanaman kelapa sawit tetap ada, dan proses pertumbuhan akar tetap baik.

Waktu Aplikasi
Tandan kosong harus telah diaplikasi dalam kurun waktu 6 hari ke lapangan untuk mengurangi kehilangan haranya. Kandungan unsur hara di TKS cepat merosot/menurun pada penumpukan yang lambat waktu diaplikasi, akibatnya manfaat menggunakan TKS tidak tercapai (maksimal)

Permasalahan

Salah satu kendala pemanfaatan tankos sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit secara langsung adalah biaya transportasi angkut tankos dari PKS ke lapangan, apabila letak kebun cukup jauh dari PKS, dan bentuk perkebunan berbukit dan teras kontur.

Tabel Unsur Hara Tandan Kosong

Hara Satuan Kisaran Rerata
N Nitrogen % 0,64-0,93 0,9
P2O Phosphorus % 0,160-0,318 0,11
K2O Kalium,potassium % 1,93-4,03 2,4
MgO Magnesium % 0,17-0,28 0,17
CaO Kalsium,calsium % 0,23-0,41 0,27
Cl Khlor % 0,44
Mn Mangan ppm 24,75
B Boron ppm 12,94
Zn Seng,zinc ppm 22-50 37,72
Cu Copper ppm 43-83 53,14
Fe Besi, ferrum ppm 158-1128 275,36

Sumber : Alfred Pahala Manumbangtua dan Noli L Barri dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri