Senin, 26 Maret 2018

Hama Ulat Buah Tirathaba rufiven


PENDAHULUAN
Tirathaba rufivena, ngengat kelapa, atau ngengat kelapa sawit, adalah masuk dalam ngengat keluarga Pyralidae. Ini ditemukan dari Asia Tenggara ke pulau-pulau Pasifik, termasuk Malaysia, Kepulauan Cook, Filipina dan wilayah tropis Queensland, Australia. Mereka dianggap sebagai hama minor.

Biasanya ulat menyerang bunga jantan di mana akan menyebabkan aborsi muda, dan menghasilkan buah yang kurang berkembang. Serangan yang parah dapat membuat tanaman layu dan menunda perkembangan tanaman. Mereka bukan termasuk hama penggerek, tetapi hanya menunjukkan tingkat makan yang eksternal


Hama ini diidentifikasi sebagai Tirathaba rufivena Walker atau T. mundella Walker. Pada tanaman kelapa sawit, Tirathaba sp. dikenal sebagai hama penggerek tandan buah kelapa sawit baik di Indonesia maupun Malaysia yang menyebabkan fruit set rendah. Awalnya, hama ini akan menyerang bunga dan buah muda. Praktek sanitasi yang buruk khususnya pada buah busuk menjadi tempat berkembang biak ideal hama.

FISIOLOGI
Larva muda berwarna putih kotor, sedangkan larva dewasa berwarna coklat muda sampai coklat tua. Larva tua panjangnya 4 cm dan ditumbuhi dengan rambut-rambut panjang yang jarang, Larva tersebut memakan putik bunga dan daging buah kelapa sawit. Stadia ulat berlangsung selama 16-21 hari atau antara 2-3 minggu. Menjelang berpupa larva membentuk kokon dari sisa gerekan dan kotorannya yang direkat dengan benang liur pada tandan buah yang diserang. Pupa berwarna coklat gelap dan stadia pupa berlangsung sekitar 5-10 hari atau sekitar 1,5 minggu.


Pupa kemudian berkembang menjadi imago. Pada sayap depan imago terdapat bercak kecil berwarna hijau, sedangkan pada bagian belakang sayap terdapat bercak  berwarna coklat muda kekuningan. Imago betina mempunyai ukuran sayap lebih besar yaitu 24 mm, sedangkan imago jantan ukuran sayapnya lebih kecil dari 24 mm. Seekor ngengat betina meletakkan kumpulan telur sebanyak 105-173 butir. Biasanya telur diletakkan pada tandan buah betina yang sudah mulai membuka seludangnya, meskipun dapat juga dijiumpai pada semua tingkat umur tandan buah. Stadia imago berlangsung selama 9-12 hari sehingga total siklus hidupnya adalah lebih kurang 1 bulan.


GEJALA SERANGAN
Gejala serangan ditandai dengan adanya kotoran ulat berupa butiran-butiran berwarna merah tua kecoklatan kemudian mengering. Adanya kotoran yang berwarna merah menandakan bahwa terdapat stadia ulat yang sedang aktif menggerek buah. Kotoran ulat bisa terdapat pada bunga jantan yang belum mekar atau pada bunga dan buah kelapa sawit.

DAMPAK SERANGAN
Tirathaba umumnya mulai menyerang buah yang muda. Jika ditemukan serangan Tirathaba pada buah yang sudah matang, maka umumnya hampir keseluruhan tandan buah yang ada telah terserang oleh hama tersebut. Pada bunga jantan, ulat Tirathaba mundella memakan semua bagian bunga jantan kelapa sawit yang belum mekar. Pada buah kelapa sawit, biasanya larva T. mundella menggerek dari bagian pangkal buah (berondolan) kemudian masuk ke dalam kernel dan memakan seluruh isi kernel tersebut. Oleh karena itu, adanya serangan T. mundella ini dapat menurunkan fruit set buah, berat tandan, maupun rendemen minyak.


PENGENDALIAN
Sanitasi
Sanitasi buah-buah busuk atau lewat matang juga penting dilakukan untuk mengurangi inang alternatif hama tersebut. Sanitasi buah salah satunya dengan mengumpulkan buah-buah busuk tersebut ke dalam sebuah lubang kemudian disemprot menggunakan insektisida atau menimbunnya dengan tanah.

Penyemprotan
Penurunan tingkat serangan Tirathaba mundella dengan cepat dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa penggunaan insektisida haruslah bijaksana karena penyemprotan dilakukan langsung pada bunga dan buah kelapa sawit. Pilih insektisida yang bersifat selektif dan relatif aman terhadap populasi serangga penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius kamerunicus maupun berbagai serangga berguna yang lain. Insektisida  yang direkomendasikan oleh Komisi Pestisida Indonesia tahun 2016 untuk hama Tirathaba rufivena: Bacillus thuringiensis (DiPel SC).

Pembersihan Areal
Hama T. mundella berkembang biak optimal pada kelembapan yang tinggi dengan kondisi gulma yang tidak terawat. Perawatan gulma baik di piringan dan gawangan mati dengan bijaksana akan sangat membantu mengurangi populasi hama secara alami.

Sumber : 
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Tirathaba_rufivena#
2. http://www.doktersawit.com/kotoran-tirathaba-2/

Sabtu, 24 Maret 2018

Parasitoid

PENDAHULUAN
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk parasitisme, istilah nekrotrof kadang-kadang digunakan, meski jarang.

Jenis hubungan ini tampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang bersama dengan inangnya. Banyak biolog yang menggunakan istilah parasitoid untuk hanya merujuk pada serangga dengan jenis riwayat hidup seperti ini, namun beberapa orang berpendapat istilah ini mesti digunakan lebih luas untuk mencakup nematoda parasit, kumbang penggerek benih, bakteri dan virus tertentu (mis. bakteriofag) yang semuanya harus menghancurkan inangnya.

Kehidupan parasitoid sangat tergantung pada keberadaan atau populasi hama sebagai inang (density dependent mortality factor), sehingga kehidupan parasitoid dan hama tidak dapat dipisahkan karena merupakan suatu jalinan rantai makanan yang sangat penting dalam agroekosistem. Parasitoid membunuh inang secara perlahan sampai pada akhirnya inang mati. Proses dimana terjadi peristiwa simbiosis antara dua individu dimana salah satu diantaranya menumpang dan makan dengan cara menyedot cairan tubuh dari simbion lain disebut parasitasi (parasitisme).

HUBUNGAN PARASITOID DENGAN INANG
Keberadaan parasitoid sangat tergantung kepada tingkat kepadatan hama sebagai inangnya, sehingga bila populasi hama tinggi, maka biasanya diikuti peningkatan populasi parasitoid. Oleh karena itu, sistem pengendalian hama harus diarahkan pada model pengelolaan hama untuk menjaga keanekaragaman hayati sehingga ekosistem menjadi stabil yang dibangun oleh berbagai jenis makhluk hidup, termasuk serangga hama dan musuh alami.

JENIS JENIS PARASITOID
Ada dua golongan inang parasitoid, yaitu :
Inang definitif, yaitu inang yang dikenal oleh induk parasitoid dan dimanfaatkan oleh parasitoid pra-dewasa (larva).
Contoh : induk Trichogramma sp. memeilih telur hama penggerek padi sebagai inang yang sudah dikenal. Induk dengan insting mampu menentukan inang yang tepat demi kelangsungan hidup keturunan.

Inang Intermediet, yaitu inang yang hanya dipergunakan oleh parasiotid pra-dewasa. Artinya induk parasiotid meletakkan telur disembarang tempat tanpa tahu secara persis inang bagi larvanya.
Contoh: lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis) umumnya meletakkan telur pada lubang gerekan tanpa diketahui apakah ada inangnya (Chilo saccarifagus) di tempat itu.

Berdasarkan Posisi Dalam Menyerang
Ektoparasitoid, yaitu parasitoid yang seluruh daur hidupnya ada di luar tubuh inang (dengan cara menempel pada tubuh inang), setelah menetas lalu mengisap cairan tubuh inang.
Contoh : Campsomeris agilie,  merupakan tabuhan parasitoid yang menyerang uret. Tabuhan masuk ke dalam tanah, uret yang dijumpai lalu disengat dan diracuni (tidak sampai mati). Telurnya lalu diletakkan di luar tubuh uret dan setelah menetas menghisap cairan tubuh uret.

Endoparasitoid, yaitu parasitoid yang tumbuh dan berkembang di dalam tubuh inangnya.  Ada dua cara kerja dari endoparasitoid :

Parasitoid yang memiliki alat peletak telur (ovipositor) akan memasukkan telurnya ke tubuh inangnya. Selanjutnya sebagian besar dari fase hidupnya (fase aktif : telur dan larva) ada di dalam tubuh inangnya.Telur parasitoid diletakkan induknya di dalam tubuh inang, setelah menetas menjadi larva lalu menjadi pupa tetap di dalam tubuh inang, baru pada fase imago (dewasa) membuat lubang dengan melukai dinding telur inangnya untuk ke luar, kawin dan mengadakan investasi baru.
Untuk parasitoid yang tidak memiliki ovipositor seperti lalat Tachinidae akan meletakkan telurnya di luar tubuh ulat (inang) dan setelah menetas baru masuk ke dalam tubuh ulat.

Berdasarkan Fase Tumbuh Inang yang Diserang
Parasitoid telur adalah parasitoid yang menyerang telur inangnya. Umumnya berstatus sebagai endoparasitoid, walaupun ada yang ekto-parasitoid, terutama pada telur yang diletakkan secara berkelompok. Terdiri atas beberapa familia, yaitu :
Familia Encyrtidae merupakan tabuhan yang menyerang telur dari beberapa jenis serangga dan kutu.
Familia Trichogrammatidae, Contoh : Trichogramma sp.,parasitoid pada Heliothissp. dan Artonasp.

PARASITOID PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Parasitoid yang mempengaruhi tiap tingkat pertumbuhan serangga, dan pemangsa yang menyerang instar larva khususnya, memainkan peranan utama dalam mengedalikan populasi hama serangga, terutama ulat pemakan daun, yang dilihat dari jumlahnya merupakan hama kelapa sawit yang terbesar.

Parasitoid utama lawan hama terbesar kelapa sawit tercantum pada tabel dibawah ini. Beberapa jenis pemangsa yang berperan penting untuk menjaga keseimbangan perkembangan hama juga tercantum. Dua jenis pemangsa utama adalah Cantheconidea furcellata Wolf(Sejenis kepik Reduviidae). Kedua jenis ini sangat menarik perhatian karena bersifat tak spesifik, tak seperti jenis parasit lain. Mareka menyerang tak hanya ulat pemakan  daun yang hidup di kelapa sawit, tetapi juga menyerang ulat pemakan daun yang hidup dikelapa sawit, yang merusak tanaman pelindung.

Peranan serangga pembantu ini sangat penting. Namun sulit dirasakan karena efektifitasnya hanya dapat dilihat jika tingkat populasi hama masih rendah. Walaupun demikian, jika serangga  yang bermamfaat itu tak ada, kita akan dihadapkan pada gangguan serangan hama pemakan daun secara bertubi-tubi. Kondisi iklim dapat mengakibatkan hama menjadi subur, sehingga parasit tak mampu lagi membasminya dan akibatnya rusaklah keseimbangan.

Dalam kondisi yang demikian, populasi hama dapat dikendalikan dengan menyebarkan penyakit menular, yang biasanya berupa virus. Namun beberapa virus tak akan muncul sampai populasi ulat sudah mencapai tingkat kritis dan sudah mengakibatkan kerusakan yang parah sekali. Ulat yang terjangkit virus akan berhenti makan dan kehilangan warna serta menjadi lemah tak berdaya. Biasanya dalam waktu kurang dari 10 hari seluruh populasi akan dapat dibasmi.

Terkadang jamur juga dapat menekan populasi hama, misalnya jamur Cordyceps yang beraksi pada kepompong Setothosea asigna.

Dalam banyak kasus kita terpaksa menggunakan pengendalian dan pembasmian dengan insektisida. Kita harus memilih insektisida yang mengandung racun terendah yang tidak membahayakan serangga pembantu. Walaupun pada kenyataannya hanya penggunaan yang berulang-ulanglah yang mengakibatkan kemusnahan faunanya pada tanaman kelapa sawit.

Parasit dewasa juga menekan getah beberapa tanaman tertentu, oleh sebab itu harus dilindungi jika kita ingin mempertahankan keseimbangan dan kelestariannya.








Tabel Jenis Jenis Parasit dan Hama yang di parasit dapat di download  Di Sini

Sumber : 
1. http://malikrusydiplanters.blogspot.co.id/2016/10/hama-serangga-pada-kelapa-sawit-dan.html
2. https://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/mengenal-parasitoid

Hama Ulat Bulu Pseudoresia desmierdechenoni

 

Hama ini sering menyerang tanaman di lapangan. Suksesi hama kedua setelah pengendalian ulat api atau ulat kantung secara terus menerus dengan insektisida seringkali menyebabkan ledakan hama yang cukup parah dan luas. Ulat dicirikan dengan warna kuning di sekitar tubuhnya, banyak bulu-bulu dan corak garis-garis hitam pada punggungnya. Menjelang kepompong, warna berubah menjadi keunguan dan membentuk pupa dengan benang-benang air liur di bawah permukaan daun. Periode kritis adalah 5-10 ekor/pelepah

Pada saat ini hama ulat api, ulat kantung, dan ulat bulu menyerang kelapa sawit tanpa memandang musim  Selain iklim mikro pada saat ini yang lebih berpengaruh pada hama atau penyakit adalah pemanasan global. Pada bidang hama dan penyakit, perubahan yang paling nyata adalah peralihan status hama. Banyak hama yang dulu dianggap minor, saat ini menjadi hama mayor.  Salah satu perubahan iklim adalah kenaikan suhu yang dapat mengakibatkan beberapa spesies hama mengalami pemendekan siklus hidup, meningkatkan fekunditas, penyebaran hama yang lebih luas, dan menekan perkembangan musuh alami.  Pada beberapa dekade lalu, hama ulat bulu tidak menjadi permasalahan yang berarti di perkebunan kelapa sawit tetapi kini pada daerah-daerah tertentu sering terjadi outbreak di Indonesia.  Pada tahun 2005, terjadi ledakan hama ulat bulu Pseudoresia desmierdechenoni pada perkebunan kelapa sawit di Labuhan Batu Sumatera Utara. Pada kebun tersebut, hama yang sering menyerang sebelumnya adalah hama ulat api dengan kerugian cukup besar.

PENANGGULANGAN
Pemanfaatan Predator
Predator, sebagai musuh alami utama ulat bulu adalah golongan serangga seperti Sycanus leucomesus, Eocanthecona furcellata, dan Cosmolestes sp. serta golongan laba-laba. Semua stadia predator (kecil hingga dewasa) adalah memangsa (memakan langsung atau mencucuk menghisap) Sycanus leucomesus (Reduviidae) merupakan predator yang cukup aktif untuk juga untuk ulat bulu.Dua jenis lalat Tachnid mengakibatkan jumlah ulat menurun.

Eocanthecona furcellata (Pentatomidae; Asopinae) merupakan predator utama ulat bulu  stadia larva tua dengan cara mencucuk dan menyedot cairan ulat bulu Cosmolestes sp. cukup aktif memangsa ulat bulu instar muda

Pemanfaatan Parasitoid
Parasitoid ulat bulu adalah jenis serangga yang memiliki metamorfosis sempurna. Telur diletakkan di dalam tubuh ulat bulu kemudian berkembang menjadi larva yang akan menggerogoti isi tubuh ulat bulu. Beberapa contoh parasitoid ulat bulu adalah Telenomus spp Lalat Chaetexorista javana Bracinidae, Brachymeria lasus, famili Chalcididae, Ichneumonidae, Trichogrammatidae. Tachinidae.

Pemanfaatan Etmopatogen
Berbagai mikroorganisme entomopatogen bagi ulat bulu adalah golongan jamur, bakteri dan virus. Metarhizium anisopliae Beauveria bassiana Mikroorganisme entomopatogen lain adalah bakteri Bacillus thuringiensis  telah banyak diformulasikan oleh perusahaan pestisida sehingga bersifat aplikabel di lapangan

Jumat, 23 Maret 2018

Hama Ulat Bulu Amathusia phidippus

PENDAHULUAN
Hama ini sering dijumpai merusak daun pada bibit dan tanaman di lapangan. Larva berwarna hijau muda, panjangnya bias mencapai 90 mm, berbulu halus seperti kapas, pada bagian kelapa terdapat 2 tanduk meruncing, dan mempunyai 2 ekor. Siklusnya berlangsung 2 bulan. Tingkat populasi kritis 2-5 ekor /pelepah tanaman dewasa, dan 1 ekor ekor/bibit. Pengendalian yang efektif adalah dengan mengutip larva, dengan Parasitoid dan predator alami atau penyemprotan dengan insektisida.


Ngengat : memiliki rentangan sayap 90 mm. Bagian atas sayap biasanya berwarna coklat. Pada bagian bawah ada dua garis melintang, yang satu berwarna coklat tua dibatasi oleh warna putih dan terdapat dua buah bulatan pada tiap sayap belakang.
Ulat : hijau muda, mencapai 90 mm pada akhir pertumbuhannya. Tubuh ditutupi oleh bulu-bulu yang membuatnya terlihat seperti kapas. Pada bagian kepala ada dua tanduk yang seperti sutera dan terdapat dua ekor.
Krisalis : panjang 40 sampai 50 m, hijau muda kekuningan.


BIOLOGI
Siklus pertumbuhannya berlangsung 2 bulan, 8 hari inkubasi, 40 hari instar larva dan 12 hari pupa. Musuh alamiah utamanya adalah beberapa jenis lalat Tachiniadae dan sejenis tawon Chalcid.

TINGKAT POPULASI KRITIS
Karena besarnya ulat biasanya populasi rendah, diperkirakan 2 sampai 5 ekor tiap pelepah daun, tergantung dari usia tanaman. Pada pembibitan seekor ulat perpohon sudah membahayakan. Dalam keadaan seperti ini cara penanggulangan yang efektif adalah menyingkirkan dengan tangan.

PENENGGULANGAN

Pemanfaatan Predator
Predator, sebagai musuh alami utama ulat bulu adalah golongan serangga seperti Sycanus leucomesus, Eocanthecona furcellata, dan Cosmolestes sp. serta golongan laba-laba. Semua stadia predator (kecil hingga dewasa) adalah memangsa (memakan langsung atau mencucuk menghisap) Sycanus leucomesus (Reduviidae) merupakan predator yang cukup aktif untuk juga untuk ulat bulu.Dua jenis lalat Tachnid mengakibatkan jumlah ulat menurun.

Eocanthecona furcellata (Pentatomidae; Asopinae) merupakan predator utama ulat bulu  stadia larva tua dengan cara mencucuk dan menyedot cairan ulat bulu Cosmolestes sp. cukup aktif memangsa ulat bulu instar muda

Pemanfaatan Parasitoid
Parasitoid ulat bulu adalah jenis serangga yang memiliki metamorfosis sempurna. Telur diletakkan di dalam tubuh ulat bulu kemudian berkembang menjadi larva yang akan menggerogoti isi tubuh ulat bulu. Beberapa contoh parasitoid ulat bulu adalah Telenomus spp Lalat Chaetexorista javana Bracinidae, Brachymeria lasus, famili Chalcididae, Ichneumonidae, Trichogrammatidae. Tachinidae.


Pemanfaatan Etmopatogen
Berbagai mikroorganisme entomopatogen bagi ulat bulu adalah golongan jamur, bakteri dan virus. Metarhizium anisopliae Beauveria bassiana Mikroorganisme entomopatogen lain adalah bakteri Bacillus thuringiensis  telah banyak diformulasikan oleh perusahaan pestisida sehingga bersifat aplikabel di lapangan

Rabu, 21 Maret 2018

Hama Ulat Bulu Calliteara horsfieldii Saunders

PENDAHULUAN
Hama ini sering ditemukan menyerang daun pada tanaman dewasa. Larvanya memiliki 4 pasang bulu panjang di punggung, berwarna kuning pucat, panjangnya bisa mencapai 50 mm. Siklus hidupnya berlangsung 1 ½ bulan. Larva aktif pada pagi dan sore hari. Tingkat populasi kritis 5-10 ekor/pelepah. Larva umumnya berada pada pelepah ke 25. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida.

DESKRIPSI
Ngengat : dalam dua jenis yang sama terdapat dua bentuk. Sayap depan ngengat jantan berwarna kelabu muda dan lebih gelap pada bagian pinggir, dengan garis coklat; sayap belakang kelabu kekuningan; rentangan sayap 37 mm.
Jenis betina lebih besar, sayap depan berbintik kelabu dan sayap belakang keputihan, rentangan sayap 64 mm.

Ulat : mencapai 50 mm pada akhir masa pertumbuhannya. Memiliki 4 pasang bulu punggung yang panjang dan berwarna  kuning pucat, yang merupakan khas jenis ini. Terdapat bulu-bulu pada bagian depan, belakang, dan samping bawah. Warnanya beragam tergantung dari instarnya.
Kepompong : stadia kepompong terjadi pada bagian bawah daun. Krisalis tertutup oleh sutra putih.

BIOLOGI
Siklus perkembangannya berlangsung 1,5 bulan ; 8 hari inkubasi telur, 28 hari instar larva dan 9 hari stadia pupa. Ulat lebih lincah pada pagi, sore hari, dan akhir senja, mareka berdiam pada siang hari. Serangan dimulai dari dasar tajuk kemudian pindah kedaun atas. Hama ini dapat mengakibatkan kegundulan yang parah.


TINGKAT POPULASI KRITIS
Pemeriksaan harus dilakukan pada daun ke 25. Tingkat populasi kritis bisa mencapai 5-10 ekor per pelepah daun.

PENGENDALIAN
Tehnik Pengendalian hampir sama dengan tehnik pengendalian hama ulat api ataupun ulat kantong, baik cara Chemis, dengan NPV, dan pembiakan predator alaminya.

Pemanfaatan Predator
Predator, sebagai musuh alami utama ulat bulu adalah golongan serangga seperti Sycanus leucomesus, Eocanthecona furcellata, dan Cosmolestes sp. serta golongan laba-laba. Semua stadia predator (kecil hingga dewasa) adalah memangsa (memakan langsung atau mencucuk menghisap) Sycanus leucomesus (Reduviidae) merupakan predator yang cukup aktif untuk juga untuk ulat bulu.Dua jenis lalat Tachnid mengakibatkan jumlah ulat menurun.

Eocanthecona furcellata (Pentatomidae; Asopinae) merupakan predator utama ulat bulu  stadia larva tua dengan cara mencucuk dan menyedot cairan ulat bulu Cosmolestes sp. cukup aktif memangsa ulat bulu instar muda

Pemanfaatan Parasitoid
Parasitoid ulat bulu adalah jenis serangga yang memiliki metamorfosis sempurna. Telur diletakkan di dalam tubuh ulat bulu kemudian berkembang menjadi larva yang akan menggerogoti isi tubuh ulat bulu. Beberapa contoh parasitoid ulat bulu adalah Telenomus spp Lalat Chaetexorista javana Bracinidae, Brachymeria lasus, famili Chalcididae, Ichneumonidae, Trichogrammatidae. Tachinidae.

Pemanfaatan Etmopatogen
Berbagai mikroorganisme entomopatogen bagi ulat bulu adalah golongan jamur, bakteri dan virus. Metarhizium anisopliae Beauveria bassiana Mikroorganisme entomopatogen lain adalah bakteri Bacillus thuringiensis  telah banyak diformulasikan oleh perusahaan pestisida sehingga bersifat aplikabel di lapangan

Selasa, 20 Maret 2018

Metode Pengamatan Serangan Ulat Api

  1. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik.
  2. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan  semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas.
  3. Tindakan pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama tersebut).
  4. Tindakan  pengamatan  yang  rutin  juga  membantu  dalam  melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi.

Dibawah ini dijelaskan tentang cara untuk mengetahui kehadiran hama, kriteria yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pengendalian, organisasi serta teknik-teknik pengamatan yang perlu dilakukan.

Prinsip Pengamatan
  1. Pada umumnya suatu sistem pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai perilaku yang sama. Akan tetapi suatu sistem pengamatan dapat dimodifikasi untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya.
  2. Atas pertimbangan efisiensi maka pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan cara sistem sampling yang terdistribusi secara merata.
  3. Sistem sampling harus berfungsi sebagai berikut :
  • mengetahui ada atau tidaknya hama dalam kawasan yang diamati.
  • mengetahui bagian mana dari kawasan yang diamati telah "diduduki" oleh hama sehingga dapat dibuat peta serangannya.
  • sejauh mungkin hasil pemantauan dapat meliput spot- spot serangan hama yang terjadi.
Metode Pengamatan
Tentukan jenis hama yang dominan pada kawasan yang akan diamati. Hal ini penting untuk menentukan pengambilan pelepah sample yang sesuai :
  • pelepah ke 9 s/d ke-24, jika jenis hama yang dominan adalah Setora nitens,Thosea asigna, Susica sp.
  • pelepah ke-25 s/d ke-40, jika jenis hama yang dominan adalah Darna trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan Ulat kantong.
  • Gantol/potong 1 (satu) pelepah dari salah satu PS pada masing- masing TS yang ditaksir paling banyak ulatnya.
  • Tentukan jenis hamanya, dan hitung jumlah ulat atau larva, kemudian catat pada formulir sensus
Kadang-kadang ditemukan dari satu pelepah jumlah ulat atau larva yang banyak (> 50 ekor). Dalam keadaan ini, maka cara penghitungannya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut:

Cara A :
bila jumlah ulat/larva diperkirakan 50 ekor/pelepah, penghitungan langsung dilakukan pada 1 pelepah.
Cara B :
bila jumlah ulat / larva diperkirakan 50-100 ekor/pelepah, penghitungan hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja dan hasilnya lalu dikalikan 2.
Cara C :
bila jumlah ulat/larva diperkirakan 100 ekor/pelepah penghitungan hanya dilakukan pada anak daunnya dengan selang setiap 10 anak daun, dan hasil rata- rata setiap anak daun lalu dikalikan 10


Senin, 19 Maret 2018

Hama Ulat Bulu Dasychira inclusa



Disamping Ulat Api dan Ulat kantong sebagai hama utama dalam perkebunan kelapa sawit, ada lagi hama yang tidak kalah ganasnya dengan ulat Api dan Ulat kantong, yakni ulat bulu.

Gejala Serangan
Ulat muda biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan mengikis daun mulai dari perukaan bawah daun kelapa sawit, serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun. Mulai instar ketiga biasanya ulat memakan semua helaian daun dan     meninggalkan lidinya saja.
Serangan ulat ini biasanya mulai dari pelepah daun yang terletak di strata tengah dari tajuk kelapa sawit ke arah pelepah daun yang lebih muda atau lebih atas. Tetapi pada serangan yang lebih berat daun yang tua sekalipun dimakan juga oleh ulat api tersebut.

Dasychira inclusa
ada 5 jenis ulat bulu yang di kenal sebagai hama dalam perkebunan kelapa sawit  salah satunya Dasychira inclusa (Ulat Jaran / Kuda) Familia : Limanthriidae  Ulat ini ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitamanHama ini sering dijumpai menyerang bibit dan tanaman muda. Larvanya berbulu banyak, kelabu-merah kecoklatan, pada punggung terdapat 4 rumpun bulu halus yang sangat rapat, dekat kepala ada 2 rumpun bulu panjang menghadap ke depan. Siklus hidupnya 51-57 hari. Larva memakan daun pada malam hari, dan siang hari mereka sembunyi pada pangkal pelepah atau pada lipatan daun muda yang belum membuka sempurna. Tingkat populasi kritis 5-10 ekor/pelepah. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan mengutip larva, penggunaan parasitoid, dan predator alami atau penyemprotan dengan insektisida

Pengendalian
Tehnik Pengendalian hampir sama dengan tehnik pengendalian hama ulat api ataupun ulat kantong, baik cara Chemis, dengan NPV, dan pembiakan predator alaminya.

Pemanfaatan Predator
Predator, sebagai musuh alami utama ulat bulu adalah golongan serangga seperti Sycanus leucomesus, Eocanthecona furcellata, dan Cosmolestes sp. serta golongan laba-laba. Semua stadia predator (kecil hingga dewasa) adalah memangsa (memakan langsung atau mencucuk menghisap) Sycanus leucomesus (Reduviidae) merupakan predator yang cukup aktif untuk juga untuk ulat bulu.
Eocanthecona furcellata (Pentatomidae; Asopinae) merupakan predator utama ulat bulu stadia larva tua dengan cara mencucuk dan menyedot cairan ulat bulu Cosmolestes sp. cukup aktif memangsa ulat bulu instar muda

Pemanfaatan Parasitoid
Parasitoid ulat bulu adalah jenis serangga yang memiliki metamorfosis sempurna. Telur diletakkan di dalam tubuh ulat bulu kemudian berkembang menjadi larva yang akan menggerogoti isi tubuh ulat bulu. Beberapa contoh parasitoid ulat bulu adalah Telenomus spp Lalat Chaetexorista javana Bracinidae, Brachymeria lasus, famili Chalcididae, Ichneumonidae, Trichogrammatidae. Tachinidae.

Pemanfaatan Etmopatogen
Berbagai mikroorganisme entomopatogen bagi ulat bulu adalah golongan jamur, bakteri dan virus. Metarhizium anisopliae Beauveria bassiana Mikroorganisme entomopatogen lain adalah bakteri Bacillus thuringiensis  telah banyak diformulasikan oleh perusahaan pestisida sehingga bersifat aplikabel di lapangan

Ulat Kantong Mahasena Corbetti




PENDAHULUAN
Pada pembahasan terdahulu kita telah membahas tentang  ulat kantong lainnya yakni Metisa Plana dan Clania Tertia ,  maka pada bahasan kali ini kita mencoba mengangkat pokok bahasan ulat kantong lainnya yakni Mahesa corbeti  atau Mahasena corbetti, Ulat pemakan daun kelapa sawit ( UPDKS ) Mahasena corbetti Tams ini merupakan hama penting pada perkebunan kelapa sawit karena menyerang dan menghilangkan banyak  perdaunan kelapa sawit sehingga menurunkan produksi.
Ulat kantong termasuk ini masuk dalam famili Psychidae. Tujuh spesies yang pernah ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah Metisa plana, Mahasena corbetti, Clania tertia Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp. dan Cryptothelea cardiophaga, dan ciri khas ulat kantong adalah hidupnya di dalam sebuah bangunan mirip kantong yang berasal dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman inang, di sekitar daerah serangan

Hama ini menyerang daun pada semua tingkat umur tanaman. Larva hidup di dalam kantong yang terbuat dari potongan dedaunan diikat dengan benang-benang dari air liurnya. Panjang larva bias mencapai 30 mm, berwarna cokelat kemerahan. Larva muda berada di permukaan atas daun, selanjutnya merambat ke permukaan bawah daun. Serangan biasanya pada daun-daun bagian atas. Ngengat betina tetap berbentuk larva dan tak pernah meninggalkan kantongnya, panjangnya 50 mm. Ngengat jantan berupa kupu-kupu berwarna cokelat, rentang sayapnya 30 mm. Telur diletakkan dalam kantong, jumlahnya berkisar 2000-3000 butir. Siklus hidup lengkap 120 hari dimana stadium larva berlangsung 80 hari. Tingkat populasi kritis 4-5 ekor/pelepah.

GEJALA SERANGAN
Serangan ulat kantong ditandai dengan kenampakan tanaman tajuk tanaman yang kering seperti terbakar. Hal ini menunjukkan bahwa kehilangan daun dapat mencapai 46,6%. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun. Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan.


POLA SERANGAN
Ulat muda sudah dapat mengeluarkan benang sutra untuk menggantung, yang kemudian digunakan untuk menyebar dengan bantuan angina, setelah menetap di sutu tempat ulat kantong membentuk kantong sendiri. Ulat ini bergerak dengan mengeluarkan kepala dan sebagian dadanya untuk memakan daun, bunga, ataupun kulit tanaman sehingga menyebabkan daun berlubang dan menggulung karena ulat ini membentuk kantong.
Ulat yang sangat muda hanya memakan permukaan bawah daun. Ulat dewasa menghabiskan daun dan pinggir sampai ke lidi. Serangan berawal dari pelepah daun yang lebih tua mengarah ke pelepah daun yang lebih muda. Daun yang terserang menjadi rusak, berlubang dan tidak utuh lagi kemudian daun menjadi kering dan berwarna abu-abu Serangan hama menyebabkan daun berlubang-lubang. 

PENGENDALIAN
Secara Biologis
Parasitoid dan Predator memiliki potensi untuk mengendalikan hama secara biologi. Manipulasi lingkungan yang tepat untuk mengendalikan hama ini karena tindakan ini akan memodifikasi lingkungan untuk kelangsungan hidup dan perkembangan musuh alami.  Parasitoid yang sering digunakan untuk mengendalikan hama ulat kantong antara lain parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi ulat Mahasena corbetti. Telah ditemukan 33 jenis parasitoid dan 11 jenis predator hama pemakan daun (Prawirosukarto, 2002).


Basri et al., (1999) menemukan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara serangga parasitoid dan jenis tanaman. Dari percobaan diketahui bahwa Dolochogenidea metesae menyukai tanaman Cassia cobanensis dan Asystasia  intrusa. Brachiraria carinata menyukai Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla dan Ageratum conyzoides. Euphelmus catoxanthae menyukai tanaman Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla dan Ageratum conyzoides. Tetrastichus sp menyukai tanaman Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla dan Ageratum conyzoides. Eurytoma sp menyukai tanaman Euphorbia heterophylla dan Ageratum conyzoides. Pediobius imbreus menyukai tanaman Cassia cobanensis Euphorbia heterophylla, Asystasia intrusa dan Ageratum conyzoides. Pediobius anomalus menyukai Cassia cobanensis dan Asystasia intrusa. Untuk mengetahui tanaman inang yang efektif, perlu dilakukan penelitian jenis tanaman inang yang paling disukai oleh predator ulat kantong pada umumnya

Parasitoid primer dan sekunder, serta predator mempengaruhi populasi Metisa. plana. Diantara parasitoid primer, Goryhus bunoh, hidup paling lama (47 hari) sedangkan hiperparasitoid yang hidup paling lama adalah P. imbreus. Dolichogenidea metesae merupakan parasitoid paling penting (Basri et al., 1995) yang berkembang baik pada tanaman Cassia cobanensis, termasuk Asystasia intrusa, Crotalaria usaramoensis, dan Euphorbia heterophylla. Kecuali A. intrusa, keberadaan tanaman ini akan bermanfaat karena memberikan nektar untuk parasitoid. 
 

Serta menggunakan Penggunaan Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai insektisida biologi. Contoh produk Bt yaitu Dipel WP, Turex WP, Bactospene WP, sebagai alternatif lainnya.

Pengendalian secara Mekanis
Pengendalian Mekanis merupakan metode pengendalian dengan mengutip atau menangkap semua stadia ulat kantung dari stadia ulat hingga ngengat. Pengutipan ulat kantung bisa dilakukan secara manual menggunakan galah apabila masih terjangkau. Usahakan agar pelepah tidak dipangkas, serta memotong Pelepah yang telah sengkleh akibat serangan ulat dan membakar Pelepah yang telah di potong untuk menghindari serangan lanjutan

Pengendalian Secara Kimiawi
Ulat kantong dapat dikendalikan dengan penyemprotan atau dengan injeksi batang menggunakan insektisida. Untuk tanaman yang lebih muda (< umur 2 tahun), knapsack sprayer dapat digunakan untuk penyemprotan. Untuk tanaman lebih dari 3 tahun, aplikasi insektisida dapat menggunakan fogging atau injeksi batang. Monocrotophos dan methamidophos merupakan dua insektisida sistemik yang direkomendasikan untuk injeksi batang (Hutauruk dan Sipayung, 1978). Karena bahan bakunya adalah bahan kimia yang sangat berbahaya, ijin harus diperlukan dari Komisi Pestisida untuk tujuan dan cara aplikasi dan saat ini sudah tidak dikeluarkan lagi. 

 
Insektisida  yang direkomendasikan oleh Komisi Pestisida Indonesia tahun 2016 untuk hama Ulat Kantong adalah Abakmektin (Badik 18 EC), Abamektin + Sipermetrin (Limpidor 30/125 EC), Asefat (Ace-One 75 SP, Antong 75 SP, Chepate 75 SP, Lancer75 SP, Manthene 75 SP, Orthene 75, SP, Ortran 75 SP, Besqueen 80 SP, Jossefat 80 SP), Bacillus thuringiensis (DiPel SC), Deltametrin (Percis 30 SC), Diazinon (Diazinon 600 EC, Sidazinon 600 EC), Dimehipo (E-To 400 SL, Feltus 400 SL, Defron 500 SL, Manuver 6 GR), Emamektin benzoat (Provide-X 21/45 SC), Karbosulfan (Respect 200 EC), Klorantraniliprol (Prevathon 50 SC), Metomil (Dangke 40 WP), Sipermetrin (Capture 50 EC, Astertrin 250 EC), Tiodikarb + Triflumuron (Destello 480 SC), Triflumuron (Alsystin 480 SC).

Penerapan Sistem Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian hama terpadu merupakan perpaduan atau kombinasi pengendalian hama secara terpadu (biologi) dan pengendalian secara kimia. Dalam hal serangan hama yang terjadi di perkebunan kelapa sawit, pihak perkebunan mempunyai cara masing-masing dalam pengendaliannya seperti pemakaian insektisida kimia, menggunakan musuh alami serta menggunakan jebakan hama.

Penerapan Sistem Konservasi Parasitoid
Untuk memperbanyak dan mempertahankan populasi parasitoid di perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan insektisida kimia maupun herbisida dalam mengendalikan gulma sebagai sumber makanan bagi imago parasitoid. Tanaman yang telah diteliti sangat baik sebagai konservasi parasitoid diantaranya adalah tanaman  Antigonon leptopus, Turnera subulata, Turnera ulmifolia, Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Borreria alata, dan Elephantopustomentosus 



Sumber : 
1. http://www.doktersawit.com/hama-ulat-kantong/
2. http://vincentnoahdavid.blogspot.co.id/p/mahasena-corbetti-1.html

Minggu, 18 Maret 2018

Tanaman Non Valuer

Tanaman Non Valuer adalah tanaman atau pohon  yang tidak bernilai, artinya pokok yang tidak memiliki potensi untuk hidup. ada banyak tanaman non valuer dalam perkebunan kelapa sawit, dan ini tergantung pada temuan temuan di lapangan dan potensi hidup serta produktivitasnya nanti pada usia produktif patut di perhitungkan dalam penggolongan tanaman non valuer.
Pada pokok bahasan kali ini kami mengangkat beberapa tanaman kelapa sawit yang di golongkan sebagai tanaman no valuer, sehingga keberadaannya akan menambah biaya dan tidak menambah benefit sama sekali bagi margin pendapatan perkebunan kelapa sawit, adapun tanaman tersebut antara lain :

1.    Penyakit Vivipary
Dari setiap ketiak pelepah muncul satu tunas vegetatif yang pada awalnya tumbuh ke samping, selanjutnya tegak membentuk satu tanaman muda yang baru, tetapi biasanya tumbuh abnormal dan berputar, helaian daunnya rapat dan salah bentuk. Batang baru berputar, daun rapat dan salah bentuk, dengan bertambahnya umur, semua batang saling berdesakan dan tampak gejala etiolasi, pelepah yang sedemikian rapat meyebabkan pelepah bagian dalam terlindung dari matahari sehingga menjadi pucat lalu mati, pada tanaman vivipary menghasilkan bunga sedikit, tandan buah kecil dan busuk terserang cendawan Marasmius. Jika gejala seperti ini terlihat, maka segera dibongkar dan disisip dengan bibit baru

2.    Tanaman Berputar
Pelepah rapat ”menyemak” dan berputar, sehingga daunnya terutama pada bagian ujung pelepah tampak seperti ”berombak” dan bagian atas tanaman agak rata, dan tampak lebih pendek daripada tanaman tetangganya yang normal. Tanaman sebaiknya dibongkar dan disisip


3.    Pucuk Terpelintir
Bagian pelepah tua tampak seperti biasa, tetapi bagian pupus terpuntir. Terdapat bekas gerekan kumbang pada sisi pangkal pelepah. Disebabkan oleh serangan kumbang tanduk Oryctes rhinoceros. Tanaman sebaiknya dibongkar dan disisip dengan bibit baru.


4.    Pelepah Erectus
Pelepah daun menjadi tegak dan rapat sehingga tanaman tampak ramping dan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lain. Penyakit ini merupakan penyakit genetis. Tanaman dengan gejala ini, bila masih muda sebaiknya diganti karena akan mempengaruhi ukuran buah


5.    Chimera (baca Kimera)
Merupakan penyakit genetik. Daun belang adalah suatu gejala dimana seluruh atau sebagian dari pelepah pucat merata atau kuning terang, sangat kontras dengan jaringan anak-anak daun lainnya yang hijau gelap dan normal. Terdapat batas yang jelas antara jaringan normal dan abnormal. Jaringan abnormal bisa terdapat pada helaian daun, lidi, dan rakhis dengan sebaran yang beragam. Anak-anak daun yang abnormal kerap kali membusuk mulai dari ujung dan tepinya. Biasanya memiliki produktivitas kelapa sawit maupun rendemen minya yang lebih rendah.

  • Kimera disebabkan oleh mutasi genetik  Kimera pada kelapa sawit terjadi secara alami dan tingkat kejadian sangat rendah  Kimera dengan gejala berat mampu menurunkan produksi hingga 100%  Kimera pada bibit dicirikan daun bergaris kuning, bintik hijau kuning, tepi daun kering hingga mati  Kimera sudah terlihat sejak di pembibitan namun terkadang terbawa ke lapangan
  • Daun Belang (Chimaera)  Tingkat keparahan kimera dibagi menjadi  ringan, sedang dan berat  Bibit kimera tingkat keparahan berat dan sedang disarankan untuk diafkir dan tidak ditanam di lapangan.  Jika ditemui kimera di lapangan, dilihat terlebih dahulu tingkat keparahannya  Produksi TBS dari sawit bergejala kimera ringan tidak  berbeda dengan tanaman normal sehingga tanaman ini tidak perlu dibongkar.  Jika kimera menunjukkan gejala semakin berat serta mempengaruhi produksi tandan, sebaiknya tanaman dibongkar dan disisip.


Hama Babi Hutan

Babi hutan digolongkan sebagai hama karena merusak tanaman perkebunan dan pertanian. Biasanya, hama ini memakan tanaman yang muda atau membuat lubang besar di batang pohon utama sehingga pohon lama-kelamaan akan mati.

Ada banyak jenis tetapi yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit adalah Sus scrofa. Babi betina umumnya bunting 120 hari (4 bulan) dengan 4 – 12 ekor/kelahiran. Masa menyusui 4 – 5 bulan. Setelah 8 bulan, dapat melahirkan anak kembali. Oleh karena itu, di akhir masa menyusui babi hutan betina dapat kawin lagi. Babi hutan dapat beranak sampai 2 x/tahun. Dewasa seksual 1,5 – 2 tahun , ditandai dengan gigi yang permanen dan siap kawin. Lama hidup rerata di lapangan adalah 10 – 12 tahun, di dalam kurungan dapat mencapai 20 – 25 tahun.

Babi hutan aktif pada malam hari (hewan nokturnal). Aktivitas mencari pakan terutama dilakukan pada saat subuh pk. 4 – 6 dan magrib pk. 17 – 19. Aktivitas mencari pakan ini dapat berubah waktunya menjadi tengah malam, jika pada jam-jam tersebut keadaan tidak cukup aman bagi babi hutan. Pada siang hari, pk. 11 – 13, babi hutan aktif berkubang di sungai, danau, atau genangan air pada cekungan atau lubang-lubang di tanah.

Serangan babi hutan biasanya terjadi pada areal perkebunan kelapa sawit yang berbatasan langsung dengan hutan. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk penggunaan bibit kelapa sawit yang berumur lebih dari 1,5 tahun. Bibit yang masih muda biasanya akan dengan mudah dirusak oleh babi hutan. Babi hutan merusak tanaman kelapa sawit dengan memakan umbutnya sehingga tanaman akan mati.

PENGENDALIAN
1. Pengendalian dengan Jerat
Pemasangan jerat harus lebih giat dilakukan pada saat anak babi hutan sudah berhenti menyusu.  Kelahiran anak babi terbesar terjadi sekitar bulan Januari - Februari, sehingga diperkirakan anak babi hutan akan berhenti menyusu sekitar bulan Juli, Jumlah jerat yang dipasang untuk 1 ha sebanyak 2 - 5 buah dan apabila dipasang pada jalan-jalan babi, setiap 500 m dipasang 1 jerat. Di sekitar lokasi pemasangan jerat dipasang tanda bahaya agar tidak ada orang atau hewan peliharaan mendekat, dan untuk menghilangkan bau manusia, jerat dilumuri dengan lumpur, Jerat yang lokasinya dekat diperiksa setiap hari dan apabila lokasi pemasangan jauh diperiksa setiap 2 (dua) hari sekali.

2. Pengendalian Dengan Berburu
Perburuan bisa dilaksanakan 1 (satu) kali sebulan, yaitu pada bulan yang diperkirakan dapat membunuh sebanyak mungkin babi hutan betina yang sedang bunting atau sedang menyusui, dan babi hutan muda. Pastikan lokasinya dua hari sebelum kegiatan berburu, dan gunakan tanda-tanda adanya kegiatan babi hutan misalnya congkelan tanah, jejak, kotoran babi hutan serta sisa-sisa tanaman yang rusak sebagai petunjuk bahwa di sekitar daerah tersebut kemungkinan besar sebagai tempat tinggal babi hutan dan sesuai untuk berburu.
beberapa daerah di Sumatera seperti di Sumatera Barat (PORBI), Bengkulu, Jambi, kegiatan berburu Babi merupakan suatu kegiatan yang dipelihara hingga kini, sehingga bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk di aplikasikan pada kebun.


3. Pengendalian Dengan parit Border
Pembuatan Parit border dengan ukuran minimal dalam  1,5 m  dan   lebar 1,5 m usaha ini dilakukan untuk mengendalikan masuknya serangan babi dari luar kebun, disamping juga sebagai batas wilayah areal kebun.


4. Pembuatan Pagar Individu
Pembuatan Pagar Individu paa tanaman muda (kawat berduri ataupun seng) dan alternatif lain yakni dengan tanaman hidup si seliling tanaman, dengan alasan menggunakan tanaman hidup tentu lebih kuat karena akarnya mengujam ke tanah, tetapi kelemahannya, adanya rebutan unsur hara dari tanaman kelapa sawit dan tanaman pelindungnya.


5. Pengendalian dengan Tanaman Penghalang
Menanam Tanaman penghalang serbuan babi seperti Salak, dan di beberapa daerah di Sumatera telah banyak menerapkan tanaman penghalang dari serbuan babi tersebut, disamping itu tanaman salak dapat dimanfaatkan hasil buahnya untuk menambah penghasilan, tanaman salak bukan hanya sebagai pelindung dari serangan babi hutan saja, juga serangan dari landak pun mampu di redam.


6. Pengendalian dengan menggunakan Perangkap
Perangkat hidup adalah penggunaan perangkap untuk merangkap babi hutan dalam keadaan hidup, perangkap ini di gunakan pada areal yang menjadi lintas babi hutan, perangkap akan lebih efektif apabila menggunakan umpan, tetapi perlu diperhatikan penggunaan umpan pada babi sebaiknya hindari dengan menggunakan tangan langsung atau sebaiknya menggunakan sarung tangan. Pemasangan umpan sebaiknya dilakukan pada sore hari karena babi adalah hewan noktural (aktif mencari makan di malam hari)pada areal yang sering di lintasi babi, sebaiknya umpan yang dipilih adalah pakan yang disukai babi, seperti ubi kayu, cempedak atau nangka.


7. Menggunakan Kapur Barus dan Terasi
Penggunaan Terasi dan kapur barus, mungkin terasa aneh di pemikiran kita, tetapi ini telah dipraktekan oleh para petani di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya di kabupaten Bener Meriah,  seperti di ketahui, di kabupaten ini, kedua bahan tersebut sering dipergunakan untuk menghalau serbuan babi hutan. mereka berasumsi, bahwa bau terasi dan kapur barus seperti baunya Harimau, sehingga diperkirakan harimau akan menghindar

8. Pengendalian Dengan Racun
Penggunaan racun disarankan merupakan pilihan terakhir, mengingat efek samping yang ditimbulkan oleh racun yang digunakan. Bahan Aktif Aldicarb Nama Dagang  Temik konsentrat 2 gr termik dan 10 G/potong umpan ubi kayu, ubi jalar.    Pemasangan racun babi harus di sertai pengumuman yang jelas kepada masyarakat agar hewan ternak maupun hewan peliharaan tidak memakan umpan beracun tersebut, dan disarankan penggunaan umpan beracun pada tempat tempat yang sering di lalui oleh babi.

Sumber : 
1. https://sainsterkini.com/pengelolaan-hama-babi-hutan-terpadu/
2. http://www.doktersawit.com/babi-hutan-tbm/

Sabtu, 17 Maret 2018

Tanaman Antigonon Leptopus

 

Salah satu Penanggulangan hama serangan ulat api adalah dengan mengandalkan bantuan predator ulat api, dan salah satu predator ulung pembasmi ulat api adalah Cosmolestes sp
Binatang ini termasuk serangga dari golongan kepik, sering disebut dengan nama Yellow Assassin Bug, mungkin karena warna tubuhnya yang didominanasi dengan warna kuning agak gelap dan sifat membunuh mangsanya. Ciri-ciri fisik (morfologi) binatang ini, selain dominasi warna kuning pada tubuhnya, adalah tungkai yang agak panjang jika dibandingkan dengan serangga hama sejenis (kepik). Jumlah tungkai (kaki) terdiri dari tiga pasang, di setiap persendiaannya terlihat berwarna hitam, begitu juga warna sayap dan caput (kepala).



Kepik predator ini sering dijumpai di pertanaman kelapa sawit, terutama yang banyak tumbuh tumbuhan Antigonon leptopus atau tanaman bunga air mata pengantin,  Dalam perburuannya, kepik ini menangkap mangsa dengan tungkai depan, lalu menjulurkan alat mulut berupa stilet. Stilet kemudian ditusukkan ke tubuh mangsa untuk mengambil cairan di dalamnya, segera setelah itu, mangsa akan mati.

Bunga Air Mata Pengantin adalah tanaman berjenis tanaman merambat yang mulai jadi incaran para pemilik perkebunan kelapa sawit. Sebab sangat bermanfaat dalam menjaga keseimbangan antara hama dan predatornya. Antara lain untuk mengendalikan hama dan predator tanpa perlu menggunakan bahan kimia, selain sebagai inang bagi predator ulat api 


Tanaman ini juga mampu mengundang lebah yang nantinya bisa membantu proses penyerbukan pada tanaman kelapa sawit. Antigonon leptopus, yang umumnya dikenal sebagai tanaman merambat Meksiko, atau pohon anggur karang, atau semak lebah (di sebagian besar pulau Karibia) atau pohon anggur San Miguelito, adalah spesies tumbuhan berbunga di keluarga soba, Polygonaceae. tanaman ini adalah asli tanaman dari Meksiko. tanaman ini memilik bunga dua macam yakni dengan bunga merah muda atau putih (Antigonon leptopus 'alba'). Antigonon leptopus adalah tanaman merambat yang tumbuh dengan cepat yang bertahan melalui sulur, dan mampu mencapai panjang25 kaki atau lebih Ini memiliki tali pusat (berbentuk hati), kadang-kadang daun segitiga sepanjang 2½ sampai 7 ½ cm


Bunga air mata pengantin atau Antigonon leptopus, adalah tumbuhan merambat (liana). Batang antigonon berusuk dengan panjang tiap rusuk sekitar 3-6 cm. Batang tersebut memiliki bulu-bulu halus serta ruas rusuk yang menggembung. Pada batangnya juga terdapat alat pembelit yang berfungsi untuk ‘membelit’ pohon rambatan sehingga mendukung tegaknya tanaman.

Daunnya berbentuk jantung, berwarna hijau, dan permukaan daun yang bergelombang (tidak rata). Panjang daun antigonon antara 5-10 cm. Bunga majemuk yang tersusun pada malai dan tumbuh dari ketiak daun. Mahkota bunga air mata pengantin terdiri atas 5 lembar berwarna merah jambu atau putih, yang masing-masing mempunyai panjang sekitar 7 mm. Bentuk tiga mahkota bunga terluar bulat telur atau menyerupai jantung, sedang bentuk dua mahkota yang lebih dalam lebih runcing. Setelah semua mahkota mekar, mahkota akan membesar dan menyelubungi buah. Buahnya seperti selaput dengan warna kehijauan.


Sebagai tanaman liana yang merambat, bunga air mata pengantin sering ditemukan merambat pada pepohonan lainnya. Sedangkan jika dikembangkan sebagai tanaman hias di pekarangan maupun di taman, bunga ini dapat dirambatkan pada pagar maupun media rambat lainnya. Tanaman berbunga ini pernah menjadi tanaman favorit untuk dirambatkan pada pergola sehingga sekaligus berfungsi sebagai peneduh, selain fungsinya sebagai tempat bagi hewan Cosmolestes sp atau Yellow Assassin Bug


Sumber : 
1. https://en.wikipedia.org/wiki/Antigonon_leptopus
2. http://herrysoenarko.blogspot.co.id/2013/04/cosmolestes-picticeps-yellow-assasin.html
3. https://alamendah.org/2014/08/17/bunga-air-mata-pengantin-si-perambat-indah/