Siklus hidup ulat api dari jenis Darna trima. dimulai dari fase telur selama 3 sd 5 hari, kemudian fase larva yang dibagi 7 instar selama 36 sd 33 hari, dan fase pupa selama 10 sd 14 hari. Larva ulat api jenis ini berwarna hijau kekuning-kuningan hingga coklat. Setelah menetas, larva muda yang masih berada dalam instar 1 mulai memakan jaringan epidermis bagian bawah dari daun tanaman yang diserang hingga daun menjadi transparan dan nekrosis. Pada instar kedua, serangan ulat daun menjadi sangat ganas dengan memakan semua daun hingga habis dan menyisakan tulang daunnya saja. Untuk kelapa sawit, kategori serangan dari jenis Darna trima pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah serangan ringan 1 - 10 ulat, sedang 11 - 20 ulat, dan berat >20, sementara untuk Tanaman Menghasilkan (TM0 kriteria serangan ringan 1 - 20 ulat, ringan 21 - 40 ulat dan serangan berat > 40 ulat
Ulat api Darna trima mempunyai siklus hidup sekitar 60 hari (Hartley, 1979). Telur bulat kecil, berukuran sekitar 1,4 mm, berwarna kuning kehijauan dan diletakkan secara individual di permukaan bawah helaian daun kelapa sawit. Seekor ngengat dapat meletakkan telur sebanyak 90-300 butir. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari. Ulat yang baru menetas berwarna putih kekuningan kemudian menjadi coklat muda dengan bercak-bercak jingga, dan pada akhir perkembangannya bagian punggung ulat berwarna coklat tua. Stadia ulat berlangsung selama 26-33 hari. Menjelang berkepompong ulat membentuk kokon dari air liurnya dan berkepompong di dalam kokon tersebut. Kokon berwarna coklat tua, berbentuk oval, berukuran sekitar panjang 5 mm dan lebar 3 mm. Lama stadia kepompong sekitar 10-14 hari. Ngengat berwarna coklat gelap dengan lebar rentangan sayap sekitar 18 mm. Sayap depan berwarna coklat gelap, dengan sebuah bintik kuning dan empat garis hitam. Sayap belakang berwarna abu-abu tua.
Serangan
Ulat menyukai daun kelapa sawit tua, tetapi apabila daun-daun tua sudah habis ulat juga memakan daun-daun muda. Ngengat aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di pelepah-pelepah daun tua dengan posisi terbalik (kepala di bawah). Pada D. trima, di waktu siang hari, ngengat suka hinggap di daun-daun yang sudah kering dengan posisi kepala di bawah dan sepintas seperti ulat kantong.
Semua stadia tanaman rentan terhadap serangan ulat api seperti halnya ulat kantong. Kerusakan yang ditimbulkan dari serangan ulat api adalah kerusakan daun hingga 40 – 80 %, selanjutnya bisa mengakibatkan kematian pada tanaman kelapa sawit apabila tidak dikendalikan dengan baik.
BIOLOGI
Telur
Telur datar, seperti skala, tembus cahaya dan bulat telur; dimensi berkisar dari 0,7 x 0,5 mm (Desmier de Chenon, 1982) menjadi 1,5 x 1,0 mm (Tiong dan Munroe, 1977).
Larva
Larva yang baru menetas berukuran 1,3 x 0,5 mm dan berwarna krem dengan setae lateral yang berbeda (Tiong dan Munroe, 1977). Deskripsi larva Dewasa yang dikumpulkan dari kelapa sawit di Semenanjung Malaysia: ukuran 15 x 5 mm; segmen toraks pertama berwarna coklat gelap, sisa tubuh gelap dengan tanda lateral kuning yang mencolok (Holloway et al., 1987). Seperti ulat jelatang lainnya, larva D. t. ajavana terdapat deretan scoli (tonjolan di mana tersusun duri menyengat) di tubuhnya.
Pupa
Pupa terjadi dalam kepompong yang bulat atau sedikit bulat telur, coklat dan ukuran 6 mm (Tiong dan Munroe, 1977)
Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan S. nitens dalam mengontrol populasi dengan menggunakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Susanto 2010). Konsep ini bertumpu pada monitoring dan sensus populasi hama
Pengendalian hayati
Beberapa agens antagonis telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis tersebut adalah Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Wood ., (1977) menemukan bahwa bakteri B. thuringiensis efektif melawan Setora nitens, Darna trima dan Setothosea asigna dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari. Jamur Cordyceps militaris efektif memparasit pupa ulat api jenis S. Nitens dan S. asigna . Jamur ini dapat diaplikasikan formulasi khusus atau menggunakan hasil gerusan pupa yang terinfeksi. Dosis yang digunakan 20 gram per piringan
Virus MNPV digunakan untuk mengendalikan larva ulat api Penggunaan larutan virus sebanyak 400 gram ulat terinfeksi virus per hektar cukup efektif serta 3,6 kali lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Walaupun pengaruhnya tidak secepat pestisida akan tetapi kesesuaiannya sebagai metode pengendali yang ber-kesinambungan sangat tepat (Sudharto, 1991).
Selain beberapa entomopatogen di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan oleh adanya musuh alami yaitu, predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah (Hemiptera: Pentatomidae) dan (Hemiptera:Reduviidae). Parasitoid pada larva Eochantecona furcellata Sycanus leucomesus Setora nitens Brachimeria lasus, Spinariaspinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, Dolichogenidae metesae, Chaetexorista javana.
Predator Eochantecona furcellata
Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Antigonon leptopus Turnera subulata Turnera ulmifolia Euphorbia heterophylla Cassia tora Boreria alataElephantopus tomentosus oleh krena itu clean weeding tidak dianjurkan dan tanaman tanaman tersebut tetap ditanam dan jangan dimusnahkan.Tiong (1977), juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan secara mekanikLight trap merupakan tindakan pemerangkapan UPDKS (ulat pemakan daun kelapa sawit) yang berada pada stadia imago (kupu-kupu) dengan perangkap cahaya lampu. Alat-alat yang digunakan dalam light trap berupa lampu petromaks, buah-buahan (seperti pisang, coklat) yang digantungkan seperti pancing, dan menggunakan ember plastic yang diisi dengan air diterjen. Maka perlu adanya perhatian terhadap alternative cara pengendalian UPDKS untuk membantu kelancaran dalam light trap. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi untuk membantu dalam kelancaran light trap dalam pengendalian UPDKS pada tanaman kelapa sawit dengan menggunakan kotak perangkap imago pengganti pancing untuk menggantungkan buah-buahan dalam menangkap imago. Kegiatan pemasangan dihentikan jika tangkapan ngengat per malamnya 5 ekor.
Perontokan UPDKSPengendalian lainnya pada ulat api adalah dengan menggunakan galah untuk merontokkan hama ulat api yang berada pada daun dan pelepah kelapa sawit Pengendalian dapat dilakukan berdasarkan umur tanaman.
Pengendalian dilakukan secara mekanikLight trap merupakan tindakan pemerangkapan UPDKS (ulat pemakan daun kelapa sawit) yang berada pada stadia imago (kupu-kupu) dengan perangkap cahaya lampu. Alat-alat yang digunakan dalam light trap berupa lampu petromaks, buah-buahan (seperti pisang, coklat) yang digantungkan seperti pancing, dan menggunakan ember plastic yang diisi dengan air diterjen. Maka perlu adanya perhatian terhadap alternative cara pengendalian UPDKS untuk membantu kelancaran dalam light trap. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi untuk membantu dalam kelancaran light trap dalam pengendalian UPDKS pada tanaman kelapa sawit dengan menggunakan kotak perangkap imago pengganti pancing untuk menggantungkan buah-buahan dalam menangkap imago. Kegiatan pemasangan dihentikan jika tangkapan ngengat per malamnya 5 ekor.
Perontokan UPDKSPengendalian lainnya pada ulat api adalah dengan menggunakan galah untuk merontokkan hama ulat api yang berada pada daun dan pelepah kelapa sawit Pengendalian dapat dilakukan berdasarkan umur tanaman.
Pengendalian dilakukan secara kimiawi
Mist Blower dapat dilakukan dengan aplikasi penyemprotan yang menggunakan Light trap monitoring Light trap Mist blower. Apabila aplikasi Penyemprotan insektisida dengan menggunakan mesin Mistblower, Penyemprotan cara ini bisa dilakukan untuk tanaman dengan ketinggian 0-1.5 m (dihitung dari dasar tanah hingga tandan terbawah). hal ini dikarenakan semburan air yang dikeluarkan oleh mesin mistblower tidak dapat menjangkau daun yang lebih tinggi dari ketentuan diatas.
Insektisida yang dapat digunakan ketika penyemprotan semua daun tanaman harus basah atau tersemprot dengan larutan insektisida secara merata dan berikut bahan kimia yang direkomendasi untuk ulat api dan sejenisnya oleh Departemen pertanian sebagai berikut
No
|
Bahan Aktiv
|
Hama
|
Jenis Hama
|
1
|
Ambush 20 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
2
|
Chix25 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
3
|
Dipterex 95 SP
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
4
|
Fastac 15 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
5
|
Fokker 500 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
6
|
Hamador 50 WP
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
7
|
Klensect 200 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
8
|
Lancer75 SP
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
9
|
Manthene 75 SP
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
10
|
Marcis25 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
11
|
Mastax50 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
12
|
Matador 25 CS
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
13
|
Pentasip 30 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
14
|
Pentatrin 20 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
15
|
Percis 30 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
16
|
Prevathon 50 SC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
17
|
Rimon 100 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
18
|
Sevin 85SP
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
19
|
Thuricide HP
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
20
|
Tresna25 EC
|
Setora Nitens
|
Ulat Api
|
20
|
Amcothene 75 SP
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
21
|
Atabron 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
22
|
Bactospeine WP
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
23
|
Beta 15 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
24
|
Biocis25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
25
|
Bravo 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
26
|
Buldok25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
27
|
Cascade 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
28
|
Chlormite 400 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
29
|
Cymbush 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
30
|
Decis25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
31
|
Dimilin 25 WP
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
32
|
DipeiWP
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
33
|
Dursban 200 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
34
|
Fastac 15 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
35
|
Fenval 200 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
36
|
Hamasid 25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
37
|
Matador 25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
38
|
Oscar25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
39
|
Polydor 25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
40
|
Protect 100 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
41
|
Ripcord 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
42
|
Scud 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
43
|
Sherpa 50 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
44
|
Starfos 25 EC
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
45
|
Thuricide HP
|
Thosea Asigna
|
Ulat Api
|
46
|
Alika 247 ZC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
47
|
Arrivo30 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
48
|
Astertrin 250 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
49
|
Bestox50 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
50
|
Betathrin 250 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
51
|
Cakram 25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
52
|
Dangke40WP
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
53
|
Destello 480 SC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
54
|
Dimilin 25 WP
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
55
|
Erkatrin 30 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
56
|
Exocet50 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
57
|
Florbac FC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
58
|
Glido 200/18 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
59
|
lnstop 311 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
60
|
Laconic 500 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
61
|
Limpidor 30/125 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
62
|
Livina 25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
63
|
Meteor 25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
64
|
Naichi 25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
65
|
Pounce20 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
66
|
Protani 10 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
67
|
Protrin 250 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
68
|
Provide-X 21/45 SC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
69
|
Radar 15 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
70
|
Rudal25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
71
|
Sakarum 550 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
72
|
Sidazinon 600 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
73
|
Sopeton 108 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
74
|
Sumialpha 25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
75
|
Tanicis 25 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
76
|
Tetrin 30 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
77
|
Tetrin 36 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
78
|
Torrent 650 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
79
|
Trebon 95 EC
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
80
|
War 100 E
|
Setothosea Asigna
|
Ulat Api
|
INJEKSI BATANG
Insektisida berbahan aktif asefat 75% adalah racun ulat api dan ulat kantong yang berbentuk tepung, sehingga perlu perlakuan pelarutan untuk dapat dimasukkan kedalam batang/pohon kelapa sawit. Metoda pencampuranya adalah sebagai berikut :
Asefat 75% sebanyak 1 kg (satu kilogram) ditambahkan air sebanyak 600 ml (enam ratus mili liter) maka akan menjadi larutan sebanyak 1350 ml larutan.
Dosis
Dari berbagai percobaan bahan aktif asefat 75% SP untuk pengendalian ulat api dan ulat kantong hasil yang paling optimum adalah 15 gr/palm (limabelas gram perpalm). Maka untuk 1 kg (satu kilogram) Asefat 75% SP dapat digunakan pada 66 (enam puluh enam) pohon kelapa sawit, dalam kasus lainnya ada yang menggunakan dosis 400 gram per hektar, besar kecilnya dosis tergantung dari tingkat serangan hama, aplikasi sebaiknya dilakukan pada saat ulat api atau ulat kantong sedang aktif aktifnya makan yakni pada 1 - 30 hari setelah ulat menetas
Aplikasi
Buatlah lubang pada batang kelapa sawit dengan alat bor dan sejenisnya dengan kemiringan 450 dengan volume lubang 25 ml – 30 ml, lalu masukkan larutan Asefat 75% SP sebanyak 20 ml dengan menggunakan spit, corong selang atau sejenisnya, dan tutuplah lubang dengan tanah liat atau lilin dan sejenisnya agar larutan tidak tumpah atau tercampur kotoran.
Ada beberapa merek yang direkomendasikan oleh Pemerintah dalam mengendalikan ulat api maupun ulat kantong dengan menggunakan bahan aktif ametrin 75%SP sebagai aplikasi pengendalian dengan tehnik injeksi batang pada tabel berikut
No
|
Bahan
Aktif
|
Produsen
|
1
|
Acedo 75 SP
|
PT. Mio Life Sciences Indonesia
|
2
|
Acemain 75 SP
|
PT. Royal Agro Indonesia
|
3
|
Ace One 75 SP
|
PT. Sinar General Indutries
|
4
|
Afate 75 SP
|
CV. Vapco Indonesia
|
5
|
Amcothene 75 SP
|
PT. Adil Makmur Fajar
|
6
|
Besqueen 80 SP
|
PT. Tiara Buana Mandiri
|
7
|
BM Promax 75 SP
|
PT. Behn Meyer Pupuk dan Agrokimia
|
8
|
Chepate 75 SP
|
PT. Nufarm Indonesia
|
9
|
Counter 50/1,8 SP
|
PT. UPL Indonesia
|
10
|
Dafat 75 SP
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
11
|
Dafat 75 WG
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
12
|
Dafat 250 EC
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
13
|
Dafat 400 SL
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
14
|
Isadora 75 SP
|
PT. Sari Kresna Kimia
|
15
|
Joker 75 SP
|
PT. Excel Meg Indo
|
16
|
Jossefat 80 SP
|
CV. Mahakam
|
17
|
Kencepat 75 SP
|
PT. Kenso Indonesia
|
18
|
Lancer 75 SP
|
PT. Agro Sejahtera Indonesia
|
19
|
Manthene 75 SP
|
PT. Dharma Guna Wibawa
|
20
|
Megastar 75 SP
|
PT. Meghmani Organics
|
21
|
Missel 75 SP
|
PT. Gunung Kombeng
|
22
|
Orthene 75 SP
|
PT. Indagro
|
23
|
Ortran 75 SP
|
PT. Arysta LifeScince Tirta
|
24
|
Osada 75 SP
|
PT. Tanindo Intertraco
|
25
|
Pastifat 75 SP
|
PT. Tani Agro Sejahtera
|
26
|
Phosthene 97 WG
|
PT. UPL Indonesia
|
27
|
Prathen 75 SP
|
PT. Mekar Warna Sari
|
28
|
Prothene 75 SP
|
PT. Mitra Kreasidharma
|
29
|
Roosfat 75 SP
|
CV. Nasienie Indonesia
|
30
|
Roteen 75 SP
|
PT. Agrokimindo Kurniabuana
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar yang sifatnya membangun