Preferensi habitat.
Spesies ini cukup umum di hutan hujan dataran rendah. Selama survei Mulu diambil paling sering di hutan dipterocarp perbukitan pada transek Mulu, membentang hingga hutan pegunungan bawah, kurang sering pada batu gamping G. Api pada kisaran yang sama, dan relatif jarang di hutan aluvial dan kerangas.
Biologi. Struktur larva digambarkan dalam akun generik. Ini daun hijau, tubercles dorsolateral yang berujung dengan duri hitam. Daerah punggung ditandai dengan hitam; sebuah pita anterior sepertiga lebar tubuh, intan sentral yang menjalar di seluruh tubuh pada terluasnya dan zona ovate yang terpotong sebelum dorsolater posterior. Yang hitam bermata kuning kecuali pada konstriksi, yang terjadi di subdorsal. Area ovate berpusat putih, berlian memiliki jam-dorsal jam putih (yang dapat dikurangi menjadi dua lingkaran), penyempitannya dilalui oleh deretan empat titik putih yang membentang lebar berlian.
Spesies ini telah dicatat dari kelapa sawit dan kelapa (Elaeis, Cocos) Rentang geografis. Sumatra, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Palawan.
Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis dan transparan. Telur diletakkan berderet 3 – 4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 – 17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur sekitar 300 – 400 butir. Telur menetas 4 – 8 hari setelah diletakkan (Sudharto, 1991).
Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak -bercak yang khas (berbentuk pita yang menyerupai piramida) pada bagian punggungnya. Selain itu pada bagian punggungnya dijumpai duri -duri yang kokoh. Selama perkembangannya ulat berganti kulit 7 – 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2 (Prawirosukarto et al., 2003).
Pupa berada di dalam kokon yang terbuat dari campuran air liur ulat dan tanah , berbentuk bulat telur dan berwarna cokelat gelap, terdapat di bagian tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa jantan dan betina masing – masing berukuran berlangsung selama ± 39, 7 hari (Susanto et al.,2012).
Imago berupa ngengat yang muncul setelah stadia pupa. Imago keluar dari kokon dengan membuat lubang sobekan pada salah satu ujung kokon. Warna ngengat abu -abu kecoklatan dengan ukuran ± 17 mm untuk ngengat jantan dan untuk ngengat betina ± 14 mm. Perkembangan hama ini mulai dari telur hingga menjadi ngengat berkisar antara 92,7 hari – 98 hari, tetapi pada keadaan kurang menguntungkan dapat mencapai 115 hari (Siregar, 1986).
Gejala Serangan
Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300 – 500 cm2 daun sawit per hari. Tingkat populasi 5 – 10 ulat per pelepah merupakan populasi kritis hama tersebut di lapangan dan harus segera diambil tindakan pengendalian (Lubis, 2008).
Tetapi secara umum tingkat serangan ulat api ini hampir sama dengan Setora nitens yaitu Populasi kritis untuk larva serangga ini adalah untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) kriteria ringan 1-2 larva/pelepah, kriteria sedang 3-5 larva/pelepah dan kriteria berat >5, sementara untuk Tanaman Menghasilkan (TM) populasi kritis pada tingkat ringan 1-5 larva/pelepah untuk kriteria sedang 6-10 larva per pelepah dan kriteria berat >10 larva/pelepah. Pupa terletak di permukaan tanah dengan ciri berdiameter 15 mm dan berwarna coklat
Ulat muda biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti jendela -jendela memanjang pada helaian daun, sehingga akhirnya daun yang terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar. Mulai instar ke 3 biasanya ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering disebut gejala melidi (Buana dan Siahaan, 2003).
Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada tanaman kelapa sawit rata-rata 5 - 10 ekor perpelepah untuk tanaman yang berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda (Prawirosukarto et al., 2003).
Kerugian
Kerugian yang ditimbulkan S. asigna, yaitu terjadi penurunan produksi sampai 69 % pada tahun pertama setelah serangan dan ± 27 % pada tahun kedua setelah serangan, bahkan jika serangan berat, tanaman kelapa sawit tidak dapat berbuah selama 1 – 2 tahun berikutnya (Sipayung dan Hutauruk, 1982).
Pengendalian
Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. pengendalian secara mekanik, yaitu pengutipan ulat ataupun pupa di lapangan kemudian dimusnahkan 2. pengendalian secara hayati, dilakukan dengan : penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp dan predator berupa Eocanthecona sp, Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, MNPV (Multiple Nucleo Polyhedro Virus) dan jamur Bacillus thuringiensis , 3. Penggunaan insektisida, dilakukan dengan : Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun dengan menggunakan penyemprotan tangan, sedangkan tanaman yang berumur lebih dari 5 tahun penyemprotan dilakukan dengan mesin penyemprot, Penyemprotan udara dilakukan apabila dalam suatu keadaan tertentu luas areal yang terserang sudah meluas yang meliputi daerah dengan berbagai topografi. Penggu naan feromon seks sintetik efektif untuk merangkap ngengat jantan ulat api S. asigna selama 45 hari (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2011) (baca penggunaan NPV, Predator Ulat Api, di blog ini juga)
Pestisida yang direkomendasikan di Indonesia sesuai buku yang dikeluarkan oleh DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDRAL KEMENTRIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
No
|
Bahan Aktiv
|
Hama
|
Jenis
Hama
|
1
|
Amcothene 75 SP
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
2
|
Atabron 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
3
|
Bactospeine WP
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
4
|
Beta 15 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
5
|
Biocis25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
6
|
Bravo 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
7
|
Buldok25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
8
|
Cascade 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
9
|
Chlormite 400 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
10
|
Cymbush 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
11
|
Decis25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
12
|
Dimilin 25 WP
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
13
|
DipeiWP
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
14
|
Dursban 200 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
15
|
Fastac 15 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
16
|
Fenval 200 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
17
|
Hamasid 25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
18
|
Matador 25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
19
|
Oscar25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
20
|
Polydor 25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
21
|
Protect 100 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
22
|
Ripcord 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
23
|
Scud 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
24
|
Sherpa 50 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
25
|
Starfos 25 EC
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
26
|
Thuricide HP
|
Thosea
Asigna
|
Ulat
Api
|
Selengkapnya dapat di download di di sini
INJEKSI BATANG
Insektisida berbahan aktif asefat 75% adalah racun ulat api dan ulat kantong yang berbentuk tepung, sehingga perlu perlakuan pelarutan untuk dapat di masukkan kedalam batang/pohon kelapa sawit. Metoda pencampuranya adalah sebagai berikut :Asefat 75% sebanyak 1 kg (satu kilogram) ditambahkan air sebanyak 600 ml (enam ratus mili liter) maka akan menjadi larutan sebanyak 1350 ml larutan.
Dosis
Dari berbagai percobaan bahan aktif asefat 75% SP untuk pengendalian ulat api dan ulat kantong hasil yang paling optimum adalah 15 gr/palm (limabelas gram perpalm). Maka untuk 1 kg (satu kilogram) Asefat 75% SP dapat digunakan pada 66 (enam puluh enam) pohon kelapa sawit, dalam kasus lainnya ada yang menggunakan dosis 400 gram per hektar, besar kecilnya dosis tergantung dari tingkat serangan hama, aplikasi sebaiknya dilakukan pada saat ulat api atau ulat kantong sedang aktif aktifnya makan yakni pada 1 - 30 hari setelah ulat menetas
Aplikasi
Buatlah lubang pada batang kelapa sawit dengan alat bor dan sejenisnya dengan kemiringan 450 dengan volume lubang 25 ml – 30 ml, lalu masukkan larutan Asefat 75% SP sebanyak 20 ml dengan menggunakan spit, corong selang atau sejenisnya, dan tutuplah lubang dengan tanah liat atau lilin dan sejenisnya agar larutan tidak tumpah atau tercampur kotoran.
Ada beberapa merek yang direkomendasikan oleh Pemerintah dalam mengendalikan ulat api maupun ulat kantong dengan menggunakan bahan aktif ametrin 75%SP sebagai aplikasi pengendalian dengan tehnik injeksi batang pada tabel berikut
No
|
Bahan Aktif
|
Produsen
|
1
|
Acedo 75 SP
|
PT. Mio Life Sciences Indonesia
|
2
|
Acemain 75 SP
|
PT. Royal Agro Indonesia
|
3
|
Ace One 75 SP
|
PT. Sinar General Indutries
|
4
|
Afate 75 SP
|
CV. Vapco Indonesia
|
5
|
Amcothene 75 SP
|
PT. Adil Makmur Fajar
|
6
|
Besqueen 80 SP
|
PT. Tiara Buana Mandiri
|
7
|
BM Promax 75 SP
|
PT. Behn Meyer Pupuk dan Agrokimia
|
8
|
Chepate 75 SP
|
PT. Nufarm Indonesia
|
9
|
Counter 50/1,8 SP
|
PT. UPL Indonesia
|
10
|
Dafat 75 SP
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
11
|
Dafat 75 WG
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
12
|
Dafat 250 EC
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
13
|
Dafat 400 SL
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
14
|
Isadora 75 SP
|
PT. Sari Kresna Kimia
|
15
|
Joker 75 SP
|
PT. Excel Meg Indo
|
16
|
Jossefat 80 SP
|
CV. Mahakam
|
17
|
Kencepat 75 SP
|
PT. Kenso Indonesia
|
18
|
Lancer 75 SP
|
PT. Agro Sejahtera Indonesia
|
19
|
Manthene 75 SP
|
PT. Dharma Guna Wibawa
|
20
|
Megastar 75 SP
|
PT. Meghmani Organics
|
21
|
Missel 75 SP
|
PT. Gunung Kombeng
|
22
|
Orthene 75 SP
|
PT. Indagro
|
23
|
Ortran 75 SP
|
PT. Arysta LifeScince Tirta
|
24
|
Osada 75 SP
|
PT. Tanindo Intertraco
|
25
|
Pastifat 75 SP
|
PT. Tani Agro Sejahtera
|
26
|
Phosthene 97 WG
|
PT. UPL Indonesia
|
27
|
Prathen 75 SP
|
PT. Mekar Warna Sari
|
28
|
Prothene 75 SP
|
PT. Mitra Kreasidharma
|
29
|
Roosfat 75 SP
|
CV. Nasienie Indonesia
|
30
|
Roteen 75 SP
|
PT. Agrokimindo Kurniabuana
|
Sumber :
1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59357/Chapter%20II.pdf
2. http://www.mothsofborneo.com/part-1/limacodidae/limacodidae-24-1.php
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar yang sifatnya membangun