Kamis, 05 April 2018

Hama Ulat Api Setothosea asigna van Eecke




Preferensi habitat.
Spesies ini cukup umum di hutan hujan dataran rendah. Selama survei Mulu diambil paling sering di hutan dipterocarp perbukitan pada transek Mulu, membentang hingga hutan pegunungan bawah, kurang sering pada batu gamping G. Api pada kisaran yang sama, dan relatif jarang di hutan aluvial dan kerangas.

Biologi. Struktur larva digambarkan dalam akun generik. Ini daun hijau, tubercles dorsolateral yang berujung dengan duri hitam. Daerah punggung ditandai dengan hitam; sebuah pita anterior sepertiga lebar tubuh, intan sentral yang menjalar di seluruh tubuh pada terluasnya dan zona ovate yang terpotong sebelum dorsolater posterior. Yang hitam bermata kuning kecuali pada konstriksi, yang terjadi di subdorsal. Area ovate berpusat putih, berlian memiliki jam-dorsal jam putih (yang dapat dikurangi menjadi dua lingkaran), penyempitannya dilalui oleh deretan empat titik putih yang membentang lebar berlian.

Spesies ini telah dicatat dari kelapa sawit dan kelapa (Elaeis, Cocos) Rentang geografis. Sumatra, Semenanjung Malaysia, Kalimantan, Palawan.

Telur   berwarna   kuning   kehijauan,   berbentuk   oval,   sangat   tipis   dan   transparan. Telur  diletakkan  berderet  3 –  4  baris  sejajar  dengan  permukaan  daun  sebelah  bawah,  biasanya  pada  pelepah  daun  ke  6  – 17.  Satu  tumpukan   telur   berisi   sekitar   44   butir.   Seekor   ngengat   betina   mampu    menghasilkan  telur  sekitar  300  –  400  butir.  Telur  menetas  4  – 8  hari  setelah  diletakkan (Sudharto, 1991).



Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak -bercak yang khas (berbentuk pita yang menyerupai  piramida)  pada  bagian  punggungnya.  Selain  itu  pada  bagian  punggungnya  dijumpai  duri -duri  yang  kokoh.  Selama  perkembangannya ulat berganti kulit 7 – 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2 (Prawirosukarto et al., 2003).

Pupa  berada  di  dalam  kokon  yang  terbuat  dari  campuran  air  liur  ulat  dan  tanah ,  berbentuk  bulat  telur  dan  berwarna  cokelat  gelap,  terdapat  di  bagian  tanah  yang  relatif  gembur  di  sekitar  piringan  atau  pangkal  batang  kelapa  sawit.  Pupa  jantan  dan  betina  masing  –  masing  berukuran  berlangsung  selama  ±  39, 7 hari (Susanto et al.,2012).

Imago berupa ngengat yang muncul setelah stadia pupa. Imago keluar dari kokon  dengan  membuat  lubang  sobekan  pada  salah  satu  ujung  kokon.  Warna  ngengat  abu -abu  kecoklatan  dengan  ukuran  ±  17  mm  untuk  ngengat  jantan  dan  untuk  ngengat  betina  ±  14  mm.  Perkembangan  hama  ini  mulai  dari  telur  hingga  menjadi  ngengat  berkisar  antara  92,7  hari  – 98  hari,  tetapi  pada  keadaan kurang menguntungkan dapat mencapai 115 hari (Siregar, 1986).


Gejala Serangan
Umumnya   gejala   serangan   dimulai   dari   daun   bagian   bawah   hingga   akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat  ini  sangat  rakus,  mampu  mengkonsumsi  300  –  500  cm2 daun sawit per hari. Tingkat populasi 5 – 10 ulat  per pelepah merupakan populasi  kritis  hama  tersebut di  lapangan dan  harus segera diambil tindakan pengendalian  (Lubis, 2008). 

Tetapi secara umum tingkat serangan ulat api ini hampir sama dengan Setora nitens yaitu Populasi kritis untuk larva serangga ini adalah untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)  kriteria ringan 1-2 larva/pelepah, kriteria sedang 3-5 larva/pelepah dan kriteria berat >5, sementara untuk Tanaman Menghasilkan (TM) populasi kritis pada tingkat ringan 1-5 larva/pelepah  untuk kriteria sedang 6-10 larva per pelepah dan kriteria berat >10 larva/pelepah. Pupa terletak di permukaan tanah dengan ciri berdiameter 15 mm dan berwarna coklat

Ulat  muda  biasanya  bergerombol  di  sekitar  tempat  peletakkan  telur  dan  mengikis    daun    mulai    dari    permukaan    bawah    daun    kelapa    sawit    serta  meninggalkan  epidermis  daun  bagian  atas.  Bekas  serangan  terlihat  jelas  seperti  jendela -jendela  memanjang  pada  helaian  daun,  sehingga  akhirnya  daun  yang  terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar. Mulai instar ke 3 biasanya ulat  memakan  semua  helaian  daun  dan  meninggalkan  lidinya  saja  dan  sering  disebut gejala melidi (Buana dan Siahaan, 2003).
Ambang  ekonomi  dari  hama  ulat  api  untuk  S.  asigna  dan S.  nitens  pada tanaman  kelapa  sawit  rata-rata  5 -  10 ekor  perpelepah  untuk  tanaman  yang  berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda (Prawirosukarto et al., 2003). 

Kerugian
Kerugian  yang  ditimbulkan  S.  asigna,  yaitu  terjadi  penurunan  produksi  sampai 69 % pada tahun pertama setelah serangan dan ± 27 % pada tahun kedua setelah  serangan,  bahkan  jika  serangan  berat,  tanaman  kelapa  sawit  tidak  dapat  berbuah selama 1 – 2  tahun berikutnya (Sipayung dan Hutauruk, 1982).

Pengendalian
Beberapa   teknik   pengendalian   ulat   api   yang   dapat   dilakukan   adalah   sebagai  berikut  :  1.  pengendalian  secara  mekanik,  yaitu  pengutipan  ulat  ataupun  pupa   di   lapangan   kemudian   dimusnahkan   2.   pengendalian   secara   hayati,   dilakukan  dengan  :  penggunaan  parasitoid  larva  seperti  Trichogramma sp  dan  predator    berupa  Eocanthecona sp,    Penggunaan    virus    seperti    Granulosis    Baculoviruses,  MNPV  (Multiple  Nucleo  Polyhedro  Virus)  dan  jamur  Bacillus thuringiensis ,  3.  Penggunaan  insektisida,  dilakukan  dengan  :  Penyemprotan  (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun dengan menggunakan penyemprotan  tangan,  sedangkan  tanaman  yang  berumur  lebih  dari  5  tahun  penyemprotan   dilakukan   dengan   mesin   penyemprot,   Penyemprotan   udara   dilakukan  apabila  dalam  suatu  keadaan  tertentu  luas  areal  yang  terserang  sudah  meluas  yang  meliputi  daerah  dengan  berbagai  topografi.  Penggu naan  feromon  seks sintetik efektif untuk merangkap ngengat jantan ulat api S. asigna selama 45 hari (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2011) (baca penggunaan NPV, Predator Ulat Api, di blog ini juga)

Pestisida yang direkomendasikan di Indonesia  sesuai buku yang dikeluarkan oleh DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDRAL KEMENTRIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA 

No
Bahan Aktiv
Hama
Jenis Hama
1
Amcothene 75 SP
Thosea Asigna
Ulat Api
2
Atabron 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
3
Bactospeine WP
Thosea Asigna
Ulat Api
4
Beta 15 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
5
Biocis25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
6
Bravo 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
7
Buldok25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
8
Cascade 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
9
Chlormite 400 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
10
Cymbush 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
11
Decis25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
12
Dimilin 25 WP
Thosea Asigna
Ulat Api
13
DipeiWP
Thosea Asigna
Ulat Api
14
Dursban 200 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
15
Fastac 15 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
16
Fenval 200 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
17
Hamasid 25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
18
Matador 25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
19
Oscar25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
20
Polydor 25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
21
Protect 100 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
22
Ripcord 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
23
Scud 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
24
Sherpa 50 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
25
Starfos 25 EC
Thosea Asigna
Ulat Api
26
Thuricide HP
Thosea Asigna
Ulat Api


Selengkapnya dapat di download di di sini

INJEKSI BATANG
Insektisida berbahan aktif asefat 75% adalah racun ulat api dan ulat kantong yang berbentuk tepung, sehingga perlu perlakuan pelarutan untuk dapat di masukkan kedalam batang/pohon kelapa sawit. Metoda pencampuranya adalah sebagai berikut :Asefat 75%  sebanyak 1 kg (satu kilogram) ditambahkan air sebanyak 600 ml (enam ratus mili liter) maka akan menjadi larutan sebanyak 1350 ml larutan.

Dosis
Dari berbagai percobaan bahan aktif asefat 75% SP untuk pengendalian ulat api dan ulat kantong hasil yang paling optimum adalah 15 gr/palm (limabelas gram perpalm). Maka untuk 1 kg (satu kilogram) Asefat 75%  SP dapat digunakan pada 66 (enam puluh enam) pohon kelapa sawit, dalam kasus lainnya ada yang menggunakan dosis 400 gram per hektar, besar kecilnya dosis tergantung dari tingkat serangan hama, aplikasi sebaiknya dilakukan pada saat ulat api atau ulat kantong sedang aktif aktifnya makan yakni pada 1 - 30 hari setelah ulat menetas

Aplikasi
Buatlah lubang pada batang kelapa sawit dengan alat bor dan sejenisnya dengan kemiringan 450 dengan volume lubang 25 ml – 30 ml, lalu masukkan larutan Asefat 75% SP sebanyak 20 ml dengan menggunakan spit, corong selang atau sejenisnya, dan tutuplah lubang dengan tanah liat atau lilin dan sejenisnya agar larutan tidak tumpah atau tercampur kotoran.


Ada beberapa merek yang direkomendasikan oleh Pemerintah dalam mengendalikan ulat api maupun ulat kantong dengan menggunakan bahan aktif ametrin 75%SP sebagai aplikasi pengendalian dengan tehnik injeksi batang pada tabel berikut

No
Bahan Aktif
Produsen
1
Acedo 75 SP
PT. Mio Life Sciences Indonesia
2
Acemain 75 SP
PT. Royal Agro Indonesia
3
Ace One 75 SP
PT. Sinar General Indutries
4
Afate 75 SP
CV. Vapco Indonesia
5
Amcothene 75 SP
PT. Adil Makmur Fajar
6
Besqueen 80 SP
PT. Tiara Buana Mandiri
7
BM Promax 75 SP
PT. Behn Meyer Pupuk dan Agrokimia
8
Chepate 75 SP
PT. Nufarm Indonesia
9
Counter 50/1,8 SP
PT. UPL Indonesia
10
Dafat 75 SP
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
11
Dafat 75 WG
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
12
Dafat 250 EC
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
13
Dafat 400 SL
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
14
Isadora 75 SP
PT. Sari Kresna Kimia
15
Joker 75 SP
PT. Excel Meg Indo
16
Jossefat 80 SP
CV. Mahakam
17
Kencepat 75 SP
PT. Kenso Indonesia
18
Lancer 75 SP
PT. Agro Sejahtera Indonesia
19
Manthene 75 SP
PT. Dharma Guna Wibawa
20
Megastar 75 SP
PT. Meghmani Organics
21
Missel 75 SP
PT. Gunung Kombeng
22
Orthene 75 SP
PT. Indagro
23
Ortran 75 SP
PT. Arysta LifeScince Tirta
24
Osada 75 SP
PT. Tanindo Intertraco
25
Pastifat 75 SP
PT. Tani Agro Sejahtera
26
Phosthene 97 WG
PT. UPL Indonesia
27
Prathen 75 SP
PT. Mekar Warna Sari
28
Prothene 75 SP
PT. Mitra Kreasidharma
29
Roosfat 75 SP
CV. Nasienie Indonesia
30
Roteen 75 SP
PT. Agrokimindo Kurniabuana


Sumber : 
1.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59357/Chapter%20II.pdf
2. http://www.mothsofborneo.com/part-1/limacodidae/limacodidae-24-1.php

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun