Jumat, 13 April 2018

Hama Ulat Api Thosea monoloncha


Hama T. monoloncha tercatat memiliki siklus  hidup  total  sekitar  35  hari,  melalui  stadia  telur, larva, pupa dan serangga dewasa (ngengat) (Cock,et  al., 1987) .    Stadia  larva  terdiri  dari  instar  1-5 dengan   periode   waktu   stadia   sekitar   25   hari.  Serangga   betina   mampu   meletakkan   telur   sebanyak   200   butir   selama   hidupnya. Serangga dewasa tertarik aktif pada malam hari, dan tertarik pada sinar lampu.

Tanaman  kelapa sawit  yang  terserang  hama  ulat api,  pada umumnya adalah tanaman  muda belum berproduksi  dan   tanaman   berproduksi.   Kerusakan  tanaman  kelapa sawit  akibat  serangan hama  ulat  api  T.  monoloncha sangat  berat  pada areal  yang   mengalami   ledakan  populasi  hama. Rata-rata pesentase serangan ulat api pada tanaman  belum  menghasilkan  mencapai  92,98%, sedangkan  kerusakan tanaman menghasilkan 87,82% . Kerusakan  seperti  ini dikategorikan    sebagai    serangan    sangat    berat (Wagiman et  al.,2012).  Kerusakan    tanaman    dapat    diakibatkan    oleh aktivitas  makan  dari  larva  muda  dan  larva  tua.

Larva  muda T.  monoloncha merusak  bagian  bawah lamina  daun  mulai  dari  pinggir  kearah  lidinya.  Bagian  yang  pertama  kali  diserang  adalah  anak daun pada bagian ujung pelepah. Akibatnya daun menjadi  kering,  pelepah  tergantung  dan  buahnya gugur.  Larva  instar  pertama  dan  kedua hanya  mampu  makan  epidermis  sebelah  bawah, tetapi bagian atasnya juga akan mati.

Ledakan    populasi T. monoloncha secara alami diduga kuat terjadi akibat 3 hal terkait, yakni karakter    hama,    kondisi  inang  dan  lingkungan yang   sangat   mendukung. Dari sisi karakter, T.monoloncha memiliki  siklus  hidup yang  pendek yang  memungkinkan  dalam  kondisi  sangat  sesuai dapat   berkembang maksimal dalam waktu 2 bulan, terlebih didukung oleh  kemampuan berbiaknya yang   tinggi, dengan kemampuan serangga  betinanya  menghasilkan  200  butir  telur dalam waktu yang singkat.

Dukungan inang yang tersedia  dengan  kualitas  tinggi,  berupa  tanaman kelapa sawit yang masih belum menghasilkan, ditambah dengan  rapatnya  jarak  tanam,  serta  tersedianya inang lain yang ada dalam area pertanaman kelapa sawit menyebabkan  serangga  hama  ini  dalam kondisi siap  berkembang  cepat  bila  kondisi  sekelilingnya tiba -tiba  tidak  ada  keseimbangan. Cuaca  yang ekstrim  selama  2  bulan,  memungkinkan  kurang berperannya patogen musuh alami hama ini secara maksimal. Akibatnya  pengendali  hama  ini  secara alami tidak mampu berperan dengan baik. 

Selain  3  hal  yang  saling  terkait  secara  alami tersebut,  faktor  manusia  juga  dapat menjadi penyebab   terjadinya   ledakan   populasi   saat   tersebut.   Kurangnya  perhatian  terhadap  eksistensi dan   fungsi   pengamat   hama   yang   pernah   ada, menyebabkan  tingkat  ambang  populasi  hama  ini terlampaui  karena  tidak  adanya  kegiatan  monitoring  hama  secara  reguler.

Pengendalian
Pengendalian dilakukan secara mekanik
Perontokan UPDKS

Pengendalian Mekanis merupakan metode pengendalian dengan mengutip atau menangkap semua stadia ulat kantung dari stadia ulat hingga ngengat. Pengutipan ulat kantung bisa dilakukan secara manual menggunakan galah apabila masih terjangkau. Usahakan agar pelepah tidak dipangkas, serta memotong Pelepah yang telah sengkleh akibat serangan ulat dan membakar Pelepah yang telah di potong untuk menghindari serangan lanjutan Alat : galah, kantung plastik,lampu perangkap. 0,04 HK/ha. 

Light Trap

Disamping dengan menggunakan tehnik pengutipan tersebut, Light trap merupakan tindakan pemerangkapan UPDKS (ulat pemakan daun kelapa sawit) yang berada pada stadia imago (kupu-kupu) dengan perangkap cahaya lampu. Alat-alat yang digunakan dalam light trap berupa lampu petromaks, buah-buahan (seperti pisang, coklat) yang digantungkan seperti pancing, dan menggunakan ember plastic yang diisi dengan air diterjen. Maka perlu adanya perhatian terhadap alternative cara pengendalian UPDKS untuk membantu kelancaran dalam light trap. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi untuk membantu dalam kelancaran light trap dalam pengendalian UPDKS pada tanaman kelapa sawit dengan menggunakan kotak perangkap imago pengganti pancing untuk menggantungkan buah-buahan dalam menangkap imago.  Kegiatan pemasangan dihentikan jika tangkapan ngengat per malamnya 5 ekor.

Pengendalian hayati
Beberapa agens antagonis telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis tersebut adalah Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Wood ., (1977) menemukan bahwa bakteri B. thuringiensis efektif melawan Setora nitens, Darna trima dan Setothosea asigna dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari.  Jamur Cordyceps militaris efektif memparasit pupa ulat api jenis S. Nitens dan S. asigna . Jamur ini dapat diaplikasikan formulasi khusus atau menggunakan hasil gerusan pupa yang terinfeksi. Dosis yang digunakan 20 gram per piringan

Virus MNPV digunakan untuk  mengendalikan larva ulat api Penggunaan larutan virus sebanyak 400 gram ulat terinfeksi virus per hektar cukup efektif serta 3,6 kali lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Walaupun pengaruhnya tidak secepat pestisida akan tetapi kesesuaiannya sebagai metode pengendali yang ber-kesinambungan sangat tepat (Sudharto, 1991).

Selain beberapa entomopatogen di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan oleh adanya musuh alami yaitu, predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah (Hemiptera: Pentatomidae) dan (Hemiptera:Reduviidae). Parasitoid pada larva Eochantecona furcellata Sycanus leucomesus Setora nitens Brachimeria lasus, Spinariaspinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, Dolichogenidae metesae, Chaetexorista javana.

Parasitoid
Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Antigonon leptopus Turnera subulata Turnera ulmifolia Euphorbia heterophylla Cassia tora Boreria alataElephantopus tomentosus oleh krena itu  clean weeding tidak dianjurkan dan tanaman tanaman tersebut tetap ditanam dan jangan dimusnahkan.Tiong (1977), juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.

Pengendalian dilakukan secara kimiawi
Mist Blower dapat dilakukan dengan aplikasi penyemprotan yang menggunakan Light trap monitoring Light trap Mist blower. Apabila aplikasi Penyemprotan insektisida dengan menggunakan mesin Mistblower, Penyemprotan cara ini bisa dilakukan untuk tanaman  dengan ketinggian 0-1.5 m (dihitung dari dasar tanah hingga tandan terbawah). hal ini dikarenakan semburan air yang dikeluarkan oleh mesin mistblower tidak dapat menjangkau daun yang lebih tinggi dari ketentuan diatas.

No
Bahan Aktiv
No
Bahan Aktiv
No
Bahan Aktiv
1
Ace-One 75 SP
37
Marcis25 EC
73
Thuricide HP
2
Alsystin 480 SC
38
Mastax50 EC
74
Alika 247 ZC
3
Antong 75 SP
39
Matador 25 CS
75
Arrivo30 EC
4
Astertrin 250 EC
40
Pentasip 30 EC
76
Astertrin 250 EC
5
Badik 18 EC
41
Pentatrin 20 EC
77
Bestox50 EC
6
Besqueen 80 SP
42
Percis 30 EC
78
Betathrin 250 EC
7
Capture 50 EC
43
Prevathon 50 SC
79
Cakram 25 EC
8
Chepate 75 SP
44
Rimon 100 EC
80
Dangke40WP
9
Dangke40WP
45
Sevin 85SP
81
Destello 480 SC
10
Defron 500 SL
46
Thuricide HP
82
Dimilin 25 WP
11
Destello 480 SC
47
Tresna25 EC
83
Erkatrin 30 EC
12
Diazinon 600 EC
48
Amcothene 75 SP
84
Exocet50 EC
13
Dipel SC
49
Atabron 50 EC
85
Florbac FC
14
E-To400SL
50
Bactospeine WP
86
Glido 200/18 EC
15
Feltus 400 SL
51
Beta 15 EC
87
lnstop 311 EC
16
Jossefat 80 SP
52
Biocis25 EC
88
Laconic 500 EC
17
Lancer75 SP
53
Bravo 50 EC
89
Limpidor 30/125 EC
18
Limpidor 30/125 EC
54
Buldok25 EC
90
Livina 25 EC
19
Manthene 75 SP
55
Cascade 50 EC
91
Meteor 25 EC
20
Manuver6GR
56
Chlormite 400 EC
92
Naichi 25 EC
21
Orthene 75 SP
57
Cymbush 50 EC
93
Pounce20 EC
22
Ortran 75 SP
58
Decis25 EC
94
Protani 10 EC
23
Percis 30 EC
59
Dimilin 25 WP
95
Protrin 250 EC
24
Prevathon 50 SC
60
DipeiWP
96
Provide-X 21/45 SC
25
Provide-X 21/45 SC
61
Dursban 200 EC
97
Radar 15 EC
26
Respect 200 EC
62
Fastac 15 EC
98
Rudal25 EC
27
Sidazinon 600 E
63
Fenval 200 EC
99
Sakarum 550 EC
28
Ambush 20 EC
64
Hamasid 25 EC
100
Sidazinon 600 EC
29
Chix25 EC
65
Matador 25 EC
101
Sopeton 108 EC
30
Dipterex 95 SP
66
Oscar25 EC
102
Sumialpha 25 EC
31
Fastac 15 EC
67
Polydor 25 EC
103
Tanicis 25 EC
32
Fokker 500 EC
68
Protect 100 EC
104
Tetrin 30 EC
33
Hamador 50 WP
69
Ripcord 50 EC
105
Tetrin 36 EC
34
Klensect 200 EC
70
Scud 50 EC
106
Torrent 650 EC
35
Lancer75 SP
71
Sherpa 50 EC
107
Trebon 95 EC
36
Manthene 75 SP
72
Starfos 25 EC
108
War 100 E

INJEKSI BATANG
Insektisida berbahan aktif asefat 75% adalah racun ulat api dan ulat kantong yang berbentuk tepung, sehingga perlu perlakuan pelarutan untuk dapat dimasukkan kedalam batang/pohon kelapa sawit. Metoda pencampuranya adalah sebagai berikut :
Asefat 75%  sebanyak 1 kg (satu kilogram) ditambahkan air sebanyak 600 ml (enam ratus mili liter) maka akan menjadi larutan sebanyak 1350 ml larutan.


Dosis
Dari berbagai percobaan bahan aktif asefat 75% SP untuk pengendalian ulat api dan ulat kantong hasil yang paling optimum adalah 15 gr/palm (limabelas gram perpalm). Maka untuk 1 kg (satu kilogram) Asefat 75%  SP dapat digunakan pada 66 (enam puluh enam) pohon kelapa sawit, dalam kasus lainnya ada yang menggunakan dosis 400 gram per hektar, besar kecilnya dosis tergantung dari tingkat serangan hama, aplikasi sebaiknya dilakukan pada saat ulat api atau ulat kantong sedang aktif aktifnya makan yakni pada 1 - 30 hari setelah ulat menetas

Aplikasi
Buatlah lubang pada batang kelapa sawit dengan alat bor dan sejenisnya dengan kemiringan 450 dengan volume lubang 25 ml – 30 ml, lalu masukkan larutan Asefat 75% SP sebanyak 20 ml dengan menggunakan spit, corong selang atau sejenisnya, dan tutuplah lubang dengan tanah liat atau lilin dan sejenisnya agar larutan tidak tumpah atau tercampur kotoran.


No
Bahan Aktif
Produsen
1
Acedo 75 SP
PT. Mio Life Sciences Indonesia
2
Acemain 75 SP
PT. Royal Agro Indonesia
3
Ace One 75 SP
PT. Sinar General Indutries
4
Afate 75 SP
CV. Vapco Indonesia
5
Amcothene 75 SP
PT. Adil Makmur Fajar
6
Besqueen 80 SP
PT. Tiara Buana Mandiri
7
BM Promax 75 SP
PT. Behn Meyer Pupuk dan Agrokimia
8
Chepate 75 SP
PT. Nufarm Indonesia
9
Counter 50/1,8 SP
PT. UPL Indonesia
10
Dafat 75 SP
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
11
Dafat 75 WG
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
12
Dafat 250 EC
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
13
Dafat 400 SL
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
14
Isadora 75 SP
PT. Sari Kresna Kimia
15
Joker 75 SP
PT. Excel Meg Indo
16
Jossefat 80 SP
CV. Mahakam
17
Kencepat 75 SP
PT. Kenso Indonesia
18
Lancer 75 SP
PT. Agro Sejahtera Indonesia
19
Manthene 75 SP
PT. Dharma Guna Wibawa
20
Megastar 75 SP
PT. Meghmani Organics
21
Missel 75 SP
PT. Gunung Kombeng
22
Orthene 75 SP
PT. Indagro
23
Ortran 75 SP
PT. Arysta LifeScince Tirta
24
Osada 75 SP
PT. Tanindo Intertraco
25
Pastifat 75 SP
PT. Tani Agro Sejahtera
26
Phosthene 97 WG
PT. UPL Indonesia
27
Prathen 75 SP
PT. Mekar Warna Sari
28
Prothene 75 SP
PT. Mitra Kreasidharma
29
Roosfat 75 SP
CV. Nasienie Indonesia
30
Roteen 75 SP
PT. Agrokimindo Kurniabuana

Sumber : file:///C:/Users/eddo%20sr/Downloads/Documents/7871-20173-1-SM.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun