Hama T. monoloncha tercatat memiliki siklus hidup total sekitar 35 hari, melalui stadia telur, larva, pupa dan serangga dewasa (ngengat) (Cock,et al., 1987) . Stadia larva terdiri dari instar 1-5 dengan periode waktu stadia sekitar 25 hari. Serangga betina mampu meletakkan telur sebanyak 200 butir selama hidupnya. Serangga dewasa tertarik aktif pada malam hari, dan tertarik pada sinar lampu.
Tanaman kelapa sawit yang terserang hama ulat api, pada umumnya adalah tanaman muda belum berproduksi dan tanaman berproduksi. Kerusakan tanaman kelapa sawit akibat serangan hama ulat api T. monoloncha sangat berat pada areal yang mengalami ledakan populasi hama. Rata-rata pesentase serangan ulat api pada tanaman belum menghasilkan mencapai 92,98%, sedangkan kerusakan tanaman menghasilkan 87,82% . Kerusakan seperti ini dikategorikan sebagai serangan sangat berat (Wagiman et al.,2012). Kerusakan tanaman dapat diakibatkan oleh aktivitas makan dari larva muda dan larva tua.
Larva muda T. monoloncha merusak bagian bawah lamina daun mulai dari pinggir kearah lidinya. Bagian yang pertama kali diserang adalah anak daun pada bagian ujung pelepah. Akibatnya daun menjadi kering, pelepah tergantung dan buahnya gugur. Larva instar pertama dan kedua hanya mampu makan epidermis sebelah bawah, tetapi bagian atasnya juga akan mati.
Ledakan populasi T. monoloncha secara alami diduga kuat terjadi akibat 3 hal terkait, yakni karakter hama, kondisi inang dan lingkungan yang sangat mendukung. Dari sisi karakter, T.monoloncha memiliki siklus hidup yang pendek yang memungkinkan dalam kondisi sangat sesuai dapat berkembang maksimal dalam waktu 2 bulan, terlebih didukung oleh kemampuan berbiaknya yang tinggi, dengan kemampuan serangga betinanya menghasilkan 200 butir telur dalam waktu yang singkat.
Dukungan inang yang tersedia dengan kualitas tinggi, berupa tanaman kelapa sawit yang masih belum menghasilkan, ditambah dengan rapatnya jarak tanam, serta tersedianya inang lain yang ada dalam area pertanaman kelapa sawit menyebabkan serangga hama ini dalam kondisi siap berkembang cepat bila kondisi sekelilingnya tiba -tiba tidak ada keseimbangan. Cuaca yang ekstrim selama 2 bulan, memungkinkan kurang berperannya patogen musuh alami hama ini secara maksimal. Akibatnya pengendali hama ini secara alami tidak mampu berperan dengan baik.
Selain 3 hal yang saling terkait secara alami tersebut, faktor manusia juga dapat menjadi penyebab terjadinya ledakan populasi saat tersebut. Kurangnya perhatian terhadap eksistensi dan fungsi pengamat hama yang pernah ada, menyebabkan tingkat ambang populasi hama ini terlampaui karena tidak adanya kegiatan monitoring hama secara reguler.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan secara mekanik
Perontokan UPDKS
Pengendalian Mekanis merupakan metode pengendalian dengan mengutip atau menangkap semua stadia ulat kantung dari stadia ulat hingga ngengat. Pengutipan ulat kantung bisa dilakukan secara manual menggunakan galah apabila masih terjangkau. Usahakan agar pelepah tidak dipangkas, serta memotong Pelepah yang telah sengkleh akibat serangan ulat dan membakar Pelepah yang telah di potong untuk menghindari serangan lanjutan Alat : galah, kantung plastik,lampu perangkap. 0,04 HK/ha.
Ledakan populasi T. monoloncha secara alami diduga kuat terjadi akibat 3 hal terkait, yakni karakter hama, kondisi inang dan lingkungan yang sangat mendukung. Dari sisi karakter, T.monoloncha memiliki siklus hidup yang pendek yang memungkinkan dalam kondisi sangat sesuai dapat berkembang maksimal dalam waktu 2 bulan, terlebih didukung oleh kemampuan berbiaknya yang tinggi, dengan kemampuan serangga betinanya menghasilkan 200 butir telur dalam waktu yang singkat.
Dukungan inang yang tersedia dengan kualitas tinggi, berupa tanaman kelapa sawit yang masih belum menghasilkan, ditambah dengan rapatnya jarak tanam, serta tersedianya inang lain yang ada dalam area pertanaman kelapa sawit menyebabkan serangga hama ini dalam kondisi siap berkembang cepat bila kondisi sekelilingnya tiba -tiba tidak ada keseimbangan. Cuaca yang ekstrim selama 2 bulan, memungkinkan kurang berperannya patogen musuh alami hama ini secara maksimal. Akibatnya pengendali hama ini secara alami tidak mampu berperan dengan baik.
Selain 3 hal yang saling terkait secara alami tersebut, faktor manusia juga dapat menjadi penyebab terjadinya ledakan populasi saat tersebut. Kurangnya perhatian terhadap eksistensi dan fungsi pengamat hama yang pernah ada, menyebabkan tingkat ambang populasi hama ini terlampaui karena tidak adanya kegiatan monitoring hama secara reguler.
Pengendalian
Pengendalian dilakukan secara mekanik
Perontokan UPDKS
Pengendalian Mekanis merupakan metode pengendalian dengan mengutip atau menangkap semua stadia ulat kantung dari stadia ulat hingga ngengat. Pengutipan ulat kantung bisa dilakukan secara manual menggunakan galah apabila masih terjangkau. Usahakan agar pelepah tidak dipangkas, serta memotong Pelepah yang telah sengkleh akibat serangan ulat dan membakar Pelepah yang telah di potong untuk menghindari serangan lanjutan Alat : galah, kantung plastik,lampu perangkap. 0,04 HK/ha.
Light Trap
Disamping dengan menggunakan tehnik pengutipan tersebut, Light trap merupakan tindakan pemerangkapan UPDKS (ulat pemakan daun kelapa sawit) yang berada pada stadia imago (kupu-kupu) dengan perangkap cahaya lampu. Alat-alat yang digunakan dalam light trap berupa lampu petromaks, buah-buahan (seperti pisang, coklat) yang digantungkan seperti pancing, dan menggunakan ember plastic yang diisi dengan air diterjen. Maka perlu adanya perhatian terhadap alternative cara pengendalian UPDKS untuk membantu kelancaran dalam light trap. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi untuk membantu dalam kelancaran light trap dalam pengendalian UPDKS pada tanaman kelapa sawit dengan menggunakan kotak perangkap imago pengganti pancing untuk menggantungkan buah-buahan dalam menangkap imago. Kegiatan pemasangan dihentikan jika tangkapan ngengat per malamnya 5 ekor.
Pengendalian hayati
Beberapa agens antagonis telah banyak digunakan untuk mengendalikan ulat api. Agens antagonis tersebut adalah Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV). Wood ., (1977) menemukan bahwa bakteri B. thuringiensis efektif melawan Setora nitens, Darna trima dan Setothosea asigna dengan tingkat kematian 90% dalam 7 hari. Jamur Cordyceps militaris efektif memparasit pupa ulat api jenis S. Nitens dan S. asigna . Jamur ini dapat diaplikasikan formulasi khusus atau menggunakan hasil gerusan pupa yang terinfeksi. Dosis yang digunakan 20 gram per piringan
Virus MNPV digunakan untuk mengendalikan larva ulat api Penggunaan larutan virus sebanyak 400 gram ulat terinfeksi virus per hektar cukup efektif serta 3,6 kali lebih murah dibandingkan dengan penggunaan pestisida. Walaupun pengaruhnya tidak secepat pestisida akan tetapi kesesuaiannya sebagai metode pengendali yang ber-kesinambungan sangat tepat (Sudharto, 1991).
Selain beberapa entomopatogen di atas, populasi ulat api dapat stabil secara alami di lapangan oleh adanya musuh alami yaitu, predator dan parasitoid. Predator ulat api yang sering ditemukan adalah (Hemiptera: Pentatomidae) dan (Hemiptera:Reduviidae). Parasitoid pada larva Eochantecona furcellata Sycanus leucomesus Setora nitens Brachimeria lasus, Spinariaspinator, Apanteles aluella, Chlorocryptus purpuratus, Fornicia ceylonica, Systropus roepkei, Dolichogenidae metesae, Chaetexorista javana.
Parasitoid
Parasitoid dapat diperbanyak dan dikonservasi di perkebunan kelapa sawit dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid tersebut seperti Antigonon leptopus Turnera subulata Turnera ulmifolia Euphorbia heterophylla Cassia tora Boreria alataElephantopus tomentosus oleh krena itu clean weeding tidak dianjurkan dan tanaman tanaman tersebut tetap ditanam dan jangan dimusnahkan.Tiong (1977), juga melaporkan bahwa adanya penutup tanah dapat mengurangi populasi ulat api karena populasi musuh alami akan meningkat.
Pengendalian dilakukan secara kimiawi
Mist Blower dapat dilakukan dengan aplikasi penyemprotan yang menggunakan Light trap monitoring Light trap Mist blower. Apabila aplikasi Penyemprotan insektisida dengan menggunakan mesin Mistblower, Penyemprotan cara ini bisa dilakukan untuk tanaman dengan ketinggian 0-1.5 m (dihitung dari dasar tanah hingga tandan terbawah). hal ini dikarenakan semburan air yang dikeluarkan oleh mesin mistblower tidak dapat menjangkau daun yang lebih tinggi dari ketentuan diatas.
No
|
Bahan Aktiv
|
No
|
Bahan Aktiv
|
No
|
Bahan Aktiv
|
1
|
Ace-One 75 SP
|
37
|
Marcis25 EC
|
73
|
Thuricide HP
|
2
|
Alsystin 480 SC
|
38
|
Mastax50 EC
|
74
|
Alika 247 ZC
|
3
|
Antong 75 SP
|
39
|
Matador 25 CS
|
75
|
Arrivo30 EC
|
4
|
Astertrin 250 EC
|
40
|
Pentasip 30 EC
|
76
|
Astertrin 250 EC
|
5
|
Badik 18 EC
|
41
|
Pentatrin 20 EC
|
77
|
Bestox50 EC
|
6
|
Besqueen 80 SP
|
42
|
Percis 30 EC
|
78
|
Betathrin 250 EC
|
7
|
Capture 50 EC
|
43
|
Prevathon 50 SC
|
79
|
Cakram 25 EC
|
8
|
Chepate 75 SP
|
44
|
Rimon 100 EC
|
80
|
Dangke40WP
|
9
|
Dangke40WP
|
45
|
Sevin 85SP
|
81
|
Destello 480 SC
|
10
|
Defron 500 SL
|
46
|
Thuricide HP
|
82
|
Dimilin 25 WP
|
11
|
Destello 480 SC
|
47
|
Tresna25 EC
|
83
|
Erkatrin 30 EC
|
12
|
Diazinon 600 EC
|
48
|
Amcothene 75 SP
|
84
|
Exocet50 EC
|
13
|
Dipel SC
|
49
|
Atabron 50 EC
|
85
|
Florbac FC
|
14
|
E-To400SL
|
50
|
Bactospeine WP
|
86
|
Glido 200/18 EC
|
15
|
Feltus 400 SL
|
51
|
Beta 15 EC
|
87
|
lnstop 311 EC
|
16
|
Jossefat 80 SP
|
52
|
Biocis25 EC
|
88
|
Laconic 500 EC
|
17
|
Lancer75 SP
|
53
|
Bravo 50 EC
|
89
|
Limpidor 30/125 EC
|
18
|
Limpidor 30/125 EC
|
54
|
Buldok25 EC
|
90
|
Livina 25 EC
|
19
|
Manthene 75 SP
|
55
|
Cascade 50 EC
|
91
|
Meteor 25 EC
|
20
|
Manuver6GR
|
56
|
Chlormite 400 EC
|
92
|
Naichi 25 EC
|
21
|
Orthene 75 SP
|
57
|
Cymbush 50 EC
|
93
|
Pounce20 EC
|
22
|
Ortran 75 SP
|
58
|
Decis25 EC
|
94
|
Protani 10 EC
|
23
|
Percis 30 EC
|
59
|
Dimilin 25 WP
|
95
|
Protrin 250 EC
|
24
|
Prevathon 50 SC
|
60
|
DipeiWP
|
96
|
Provide-X 21/45 SC
|
25
|
Provide-X 21/45 SC
|
61
|
Dursban 200 EC
|
97
|
Radar 15 EC
|
26
|
Respect 200 EC
|
62
|
Fastac 15 EC
|
98
|
Rudal25 EC
|
27
|
Sidazinon 600 E
|
63
|
Fenval 200 EC
|
99
|
Sakarum 550 EC
|
28
|
Ambush 20 EC
|
64
|
Hamasid 25 EC
|
100
|
Sidazinon 600 EC
|
29
|
Chix25 EC
|
65
|
Matador 25 EC
|
101
|
Sopeton 108 EC
|
30
|
Dipterex 95 SP
|
66
|
Oscar25 EC
|
102
|
Sumialpha 25 EC
|
31
|
Fastac 15 EC
|
67
|
Polydor 25 EC
|
103
|
Tanicis 25 EC
|
32
|
Fokker 500 EC
|
68
|
Protect 100 EC
|
104
|
Tetrin 30 EC
|
33
|
Hamador 50 WP
|
69
|
Ripcord 50 EC
|
105
|
Tetrin 36 EC
|
34
|
Klensect 200 EC
|
70
|
Scud 50 EC
|
106
|
Torrent 650 EC
|
35
|
Lancer75 SP
|
71
|
Sherpa 50 EC
|
107
|
Trebon 95 EC
|
36
|
Manthene 75 SP
|
72
|
Starfos 25 EC
|
108
|
War 100 E
|
INJEKSI BATANG
Insektisida berbahan aktif asefat 75% adalah racun ulat api dan ulat kantong yang berbentuk tepung, sehingga perlu perlakuan pelarutan untuk dapat dimasukkan kedalam batang/pohon kelapa sawit. Metoda pencampuranya adalah sebagai berikut :
Asefat 75% sebanyak 1 kg (satu kilogram) ditambahkan air sebanyak 600 ml (enam ratus mili liter) maka akan menjadi larutan sebanyak 1350 ml larutan.
Dosis
Dari berbagai percobaan bahan aktif asefat 75% SP untuk pengendalian ulat api dan ulat kantong hasil yang paling optimum adalah 15 gr/palm (limabelas gram perpalm). Maka untuk 1 kg (satu kilogram) Asefat 75% SP dapat digunakan pada 66 (enam puluh enam) pohon kelapa sawit, dalam kasus lainnya ada yang menggunakan dosis 400 gram per hektar, besar kecilnya dosis tergantung dari tingkat serangan hama, aplikasi sebaiknya dilakukan pada saat ulat api atau ulat kantong sedang aktif aktifnya makan yakni pada 1 - 30 hari setelah ulat menetas
Aplikasi
Buatlah lubang pada batang kelapa sawit dengan alat bor dan sejenisnya dengan kemiringan 450 dengan volume lubang 25 ml – 30 ml, lalu masukkan larutan Asefat 75% SP sebanyak 20 ml dengan menggunakan spit, corong selang atau sejenisnya, dan tutuplah lubang dengan tanah liat atau lilin dan sejenisnya agar larutan tidak tumpah atau tercampur kotoran.
No
|
Bahan
Aktif
|
Produsen
|
1
|
Acedo 75 SP
|
PT. Mio Life Sciences Indonesia
|
2
|
Acemain 75 SP
|
PT. Royal Agro Indonesia
|
3
|
Ace One 75 SP
|
PT. Sinar General Indutries
|
4
|
Afate 75 SP
|
CV. Vapco Indonesia
|
5
|
Amcothene 75 SP
|
PT. Adil Makmur Fajar
|
6
|
Besqueen 80 SP
|
PT. Tiara Buana Mandiri
|
7
|
BM Promax 75 SP
|
PT. Behn Meyer Pupuk dan Agrokimia
|
8
|
Chepate 75 SP
|
PT. Nufarm Indonesia
|
9
|
Counter 50/1,8 SP
|
PT. UPL Indonesia
|
10
|
Dafat 75 SP
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
11
|
Dafat 75 WG
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
12
|
Dafat 250 EC
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
13
|
Dafat 400 SL
|
PT. Dalzon Chemicals Indonesia
|
14
|
Isadora 75 SP
|
PT. Sari Kresna Kimia
|
15
|
Joker 75 SP
|
PT. Excel Meg Indo
|
16
|
Jossefat 80 SP
|
CV. Mahakam
|
17
|
Kencepat 75 SP
|
PT. Kenso Indonesia
|
18
|
Lancer 75 SP
|
PT. Agro Sejahtera Indonesia
|
19
|
Manthene 75 SP
|
PT. Dharma Guna Wibawa
|
20
|
Megastar 75 SP
|
PT. Meghmani Organics
|
21
|
Missel 75 SP
|
PT. Gunung Kombeng
|
22
|
Orthene 75 SP
|
PT. Indagro
|
23
|
Ortran 75 SP
|
PT. Arysta LifeScince Tirta
|
24
|
Osada 75 SP
|
PT. Tanindo Intertraco
|
25
|
Pastifat 75 SP
|
PT. Tani Agro Sejahtera
|
26
|
Phosthene 97 WG
|
PT. UPL Indonesia
|
27
|
Prathen 75 SP
|
PT. Mekar Warna Sari
|
28
|
Prothene 75 SP
|
PT. Mitra Kreasidharma
|
29
|
Roosfat 75 SP
|
CV. Nasienie Indonesia
|
30
|
Roteen 75 SP
|
PT. Agrokimindo Kurniabuana
|
Sumber : file:///C:/Users/eddo%20sr/Downloads/Documents/7871-20173-1-SM.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar yang sifatnya membangun