Selasa, 20 Maret 2018

Metode Pengamatan Serangan Ulat Api

  1. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi secara tiba-tiba melainkan bisa diduga dengan sistem pengamatan yang baik.
  2. Semakin cepat diketahui gejala kenaikan jumlah populasi hama, akan  semakin mudah pula untuk dikendalikan dan luas areal yang terserang akan lebih terbatas.
  3. Tindakan pengamatan rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama tersebut).
  4. Tindakan  pengamatan  yang  rutin  juga  membantu  dalam  melaksanakan kebijaksanaan pengendalian hama yang terpadu. Sehingga akhirnya dapat dijaga berkurangnya musuh alami dan mewujudkan keseimbangan alami yang lebih serasi.

Dibawah ini dijelaskan tentang cara untuk mengetahui kehadiran hama, kriteria yang digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pengendalian, organisasi serta teknik-teknik pengamatan yang perlu dilakukan.

Prinsip Pengamatan
  1. Pada umumnya suatu sistem pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai perilaku yang sama. Akan tetapi suatu sistem pengamatan dapat dimodifikasi untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya.
  2. Atas pertimbangan efisiensi maka pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan cara sistem sampling yang terdistribusi secara merata.
  3. Sistem sampling harus berfungsi sebagai berikut :
  • mengetahui ada atau tidaknya hama dalam kawasan yang diamati.
  • mengetahui bagian mana dari kawasan yang diamati telah "diduduki" oleh hama sehingga dapat dibuat peta serangannya.
  • sejauh mungkin hasil pemantauan dapat meliput spot- spot serangan hama yang terjadi.
Metode Pengamatan
Tentukan jenis hama yang dominan pada kawasan yang akan diamati. Hal ini penting untuk menentukan pengambilan pelepah sample yang sesuai :
  • pelepah ke 9 s/d ke-24, jika jenis hama yang dominan adalah Setora nitens,Thosea asigna, Susica sp.
  • pelepah ke-25 s/d ke-40, jika jenis hama yang dominan adalah Darna trima, Thosea bisura, Thosea vetusta, Ploneta diducta dan golongan Ulat kantong.
  • Gantol/potong 1 (satu) pelepah dari salah satu PS pada masing- masing TS yang ditaksir paling banyak ulatnya.
  • Tentukan jenis hamanya, dan hitung jumlah ulat atau larva, kemudian catat pada formulir sensus
Kadang-kadang ditemukan dari satu pelepah jumlah ulat atau larva yang banyak (> 50 ekor). Dalam keadaan ini, maka cara penghitungannya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut:

Cara A :
bila jumlah ulat/larva diperkirakan 50 ekor/pelepah, penghitungan langsung dilakukan pada 1 pelepah.
Cara B :
bila jumlah ulat / larva diperkirakan 50-100 ekor/pelepah, penghitungan hanya dilakukan pada satu sisi pelepah saja dan hasilnya lalu dikalikan 2.
Cara C :
bila jumlah ulat/larva diperkirakan 100 ekor/pelepah penghitungan hanya dilakukan pada anak daunnya dengan selang setiap 10 anak daun, dan hasil rata- rata setiap anak daun lalu dikalikan 10


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun