Kalau pada postingan sebelumnya kita membahas tentang berbagai macam herbisida dengan zat aktifnya, kini kita membahas secara spesifik zat aktif "Paraquat" yang terkandung di dalam herbisda yang sering digunakan para petani umumnya, dan dunia perkebunan pada khususnya perkebunan kelapa sawit.
Herbisida paraquat adalah salah satu jenis herbisida non-selektif dan secara luas sering digunakan, terutama pada sistem pertanian dan oleh agen pemerintah dan perindustrian untuk mengontrol hama tanaman. Paraquat memiliki nama kimia 1,1–dimetil–4,4–bipiridilium dan mempunyai nama lain paraquat dichloride, methyl viologen dichloride, Crisquat, Dexuron, Esgram, Gramuron, Ortho Paraquat CL, Para-col, Pillarxone, Tota-col, Toxer Total, PP148, Cyclone, Gramixel, Gramoxone, Pathclear dan AH 501. Sesuai namanya, paraquat memiliki rumus molekul [C12H14N2]2+
Paraquat memiliki kemampuan menyerap sinar radiasi ultraviolet pada panjang gelombang maksimum I=260 nm, yaitu sebagai akibat transisi elektronik p pada ikatan rangkap terkonjugasi dalam gugus bipiridil. Paraquat tereduksi berwarna biru dan menyerap sinar pada panjang gelombang I=600 nm (Lestari, 2005)
Tingginya intensitas aplikasi dan jumlah herbisida yang diaplikasikan menimbulkan kekhawatiran yang cukup beralasan mengenai bahaya pencemaran yang berasal dari residu herbisida yang tertinggal dilingkungan, khususnya dalam tanah dan air. Residu herbisida dalam air dan tanah dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia dan hewan serta dapat mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya pada musim berikutnya.
Penggunaan herbisida paraquat memberikan manfaat bagi petani, yaitu meningkatkan hasil produksi pertanian dengan mencegah hama. Disisi lain, herbisida juga memberikan dampak pencemaran lingkungan yang signifikan bagi ekosistem, hal ini dikarenakan bahan aktif pestisida adalah persisten organic pollutan (Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia, 2007). Selain itu, penggunaan herbisida dengan sembarangan dapat mengakibatkan terjadinya keracunan herbisida. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tingkat pendidikan, lama menyemprot, frekuensi penyemprotan, dan status gizi (Fitria, 2011).
Telah digunakan selama lebih dari 40 tahun, baik di perkebunan besar dan kecil, paraquat dichloride, yang dikenal secara sederhana sebagai' paraquat', adalah salah satu jenis herbisida yang paling banyak digunakan di dunia. Di Indonesia, 'paraquat' dijual dengan nama Gramoxone. Bahan pemusnah ilalang yang sangat beracun ini umum digunakan di perkebunan-perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Zat yang dikandungnya sangat berbahaya apabila terhirup, tertelan atau terserap melalui kulit. Sampai sekarang belum ada penawar terhadap racun paraquat.
Persoalan penting mengenai paraquat ini adalah resiko yang ditimbulkan bagi para pekerja di perkebunan. Di negara-negara utara masih kerap terjadi kecelakaan dalam penggunaan zat ini. Tetapi, kondisinya jauh lebih memprihatinkan di negara-negara berkembang karena petunjuk dan saran penggunaannya seringkali tidak diperhatikan dengan baik. Para pekerja di perkebunan seringkali bekerja dalam jangka waktu yang panjang, seperti misalnya sepuluh bulan dalam satu tahun, dan enam hari dalam seminggu. Oleh karena itu, mereka sangat mungkin terpapar racun secara rutin.
Pada bulan Maret 2002, Pesticide Action Network Asia Pacific (Jaringan Aksi Pestisida di Asia Pasifik) dan Tenaganita, sebuah organisasi hak-hak pekerja di Malaysia, telah mengeluarkan hasil studi mereka mengenai penggunaan racun pestisida di perkebunan-perkebunan di Malaysia [3]. Penelitian ini mengungkapkan penderitaan buruh-buruh perempuan di perkebunan, yang sehari-harinya bertugas menyemprot pestisida. Terdapat gejala keracunan paraquat yang muncul meliputi mimisan, iritasi mata, infeksi kulit, iritasi kulit dan melepuh, warna kuku memudar atau kuku yang mudah copot, dan perlukaan daerah perut.
Penggunaan paraquat telah dilarang dan dibatasi secara ketat di Austria, Denmark, Finlandia, Swedia, Hungaria dan Slovenia. Di antara negara-negara berkembang, Indonesia, selain Togo dan Korea Utara, telah menerapkan aturan yang sangat ketat terhadap penggunaan paraquat. Malaysia, produsen minyak sawit terbesar, sedang mempertimbangkan ulang pelarangan penggunaan paraquat menjelang akhir 2 tahun masa pertimbangan pelarangan produk ini. Hal ini jelas menunjukkan kemunduran sebuah keputusan yang pernah mendapat pujian yang dibuat pada bulan Agustus 2002. Sikap ini nampaknya disebabkan oleh penolakan Asosiasi Minyak Sawit Malaysia dan industri agro-kimia. Sedangkan dalam peraturan yang ada di Indonesia, hanya orang-orang yang terlatih dan mendapatkan sertifikat yang diijinkan menggunakan paraquat. Namun, dalam kenyataan, pelatihan hanya diberikan sekedarnya saja. Selain itu, pakaian pelindung apabila memang ada sangat tidak praktis. Juga sulit dibuktikan apakah mereka yang tidak terlatih dan tidak memiliki sertifikat benar-benar tidak menggunakan zat kimia tersebut.
Herbisida paraquat memberikan efek toksik pada manusia. Efek toksik yang ditimbulkan berbeda, tergantung bagaimana zat tersebut masuk kedalam tubuh manusia. Beberapa diantaranya yaitu:
1. Oral
Merupakan jalan masuknya zat yang paling sering yang didasari adanya tujuan bunuh diri. Tertelannya paraquat juga dapat terjadi secara kebetulan atau dari masuknya butiran semprotan kedalam faring, namun biasanya tidak menimbulkan keracunan secara sistemik.
2. Inhalasi
Belum ada kasus keracunan sistemik yang dilaporkan dari paraquat akibat inhalasi droplet paraquat yang ada di udara.
3. Kulit
Kulit normal yang intak merupakan barier yang baik mencegah absorbsi dan keracunan sistemik. Namun, jika terjadi kontak yang lama dan lesi kulit yang luas, keracunan sistemik dapat terjadi dan dapat menyebabkan keracunan yang berat sampai kematian. Kontak yang lama dan trauma dapat memperburuk kerusakan kulit, namun ini terbilang jarang.
4. Mata
Konsentrat paraquat yang terpercik dapat menyebabkan iritasi mata yang yang jika tidak diobati dapat menyebabkan erosi atau ulkus dari kornea dan epitel konjungtiva. Inflamasi tersebut berkembang lebih dari 24 jam dan ulserasi yang terjadi menjadi faktor resiko infeksi sekunder. Jika diberikan pengobtan yang adekuat, penyembuhan biasanya sempurna walaupun memakan waktu lama.
Herbisida berbahan aktif paraquat diyakini tetap dibutuhkan kalangan petani. Seperti digambarkan dalam riset penelitian akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengetahui dampak penggunaan herbisida Paraquat terhadap ekonomi, sosial dan keamanan dalam bidang tanaman pangan dan perkebunan.
Pada 2016, survei ini berlangsung di sejumlah dilakukan di wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Lampung, Riau, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Responden terdiri dari 225 petani kelapa sawit, jagung, padi dan kakao yang diwawancarai oleh tim riset.
Dr. Dedi Budiman Hakim, Dosen Fakultas Ekonomi Manajemen IPB, menyatakan konsumen herbisida berbahan aktif paraquat rata-rata berasal dari para petani yang sudah belasan tahun menggunakan produk ini. Pengalaman menggunakan paraquat ini membuat petani yakin bahwa herbisida berbasis paraquat dapat melindungi petani dari gulma, meningkatkan hasil panen, dapat menghemat pembiayaan dan lebih ramah lingkungan.
“Responden sudah menggunakan Paraquat sekitar 12 tahun lamanya, Petani padi dan jagung yang paling lama. Sedangkan responden petani sawit rata-rata memaka herbisida berbahan aktif paraquat sekitar 13 tahun,” kata Dedi, dalam diskusi publik di Bogor, Maret 2017.
Berdasarkan hasil riset, menurut Dedi, sebanyak 90% respon menyatakan paraquat aman untuk kehidupan manusia dan lingkungan, sebanyak 96% merespon paraquat mudah diperoleh, 100% mudah digunakan di lahan pertanian, sekitar 92% cepat mengendalikan gulma dan 90% aman bagi manusia dan lingkungan. Tujuan penggunaan herbisida paraquat untuk pengendalian gulma, penyiapan lahan, pembusukan jerami, membersihkan tanaman dari benalu dan lainnya.
di Indonesia Herbisida berbahan aktif Paraquat di jual dengan merek dagang Gramoxone atau pun memakai nama yang sama dengan zat aktifnya yakni Paraquat, jenis herbisida ini memiliki kecepatan atau efek yang pasti, begitu penggunaan bisa langsung nampak jelas efeknya. Gramoxone (baca paraquat) termasuk herbisida kontak non selektif yang sangat efektif untuk mengendalikan semua jenis gulma pada tanaman pertanian atau perkebunan. Keunggulan dari Gramoxone/Paraquat ialah memiliki tiga bahan pengaman yaitu zat pembau, zat pemuntah dan zat pewarna. Gramoxone/Paraquat termasuk salah satu produk yang paling terkenal dan banyak digunakan oleh petani indonesia. Memiliki keunggulan yang bersifat kontak dan tidak akan sangat berpengaruh pada tanaman apabila tidak terkena secara langung, misal penyemprotan gulma pada bagian parit bedengan sangat baik menggunakan Gramoxone/Paraquat.
Petunjuk Penggunaan Gramoxone/Paraquat
- Gulma berdaun lebar bisa dengan dosis 1,5 - 3 liter/hektar.
- Gulma berdaun sempit bisa dilakukan penyemprotan dengan dosis 2,5-5 liter/hektar.
- Bisa dilakukan penyemprotan dengan volume tinggi untuk lahan tanpa tanaman.
- Untuk tanaman yang memiliki batang keras Gramoxone tidak akan menyebabkan efek negatif. Misalnya pada tanaman kakao, karet, kapas, ubi kayu dan sejenisnya.
No | Merek Dagang | Pemegang Terdaftar |
1 | AMCOTOP 280 SL | PT. Wihadil |
2 | ASEVTOPLUS 280 G/L | PT. Citra Agung Jaya |
3 | BATARA 135 SL | PT Dharma Guna Wibawa |
4 | BEHNQUAT 276 SL | PT Behn Meyer Agricare |
5 | BENXONE 276 SL | PT Asiana Chemicalindo Lestari |
6 | BIGQUAT 276 SL | PT. Ria Anugerah Semesta |
7 | BIGSON 207 SL | PT Ragam Mandiri |
8 | BIOXONE 276 SL | PT. Biotek Saranatama |
9 | BORQUAT 276 SL | PT. Borneo Patra Agro |
10 | BRAVOXONE 276 SL | PT Sari Kresna Kimia |
11 | CELQUAT 276 SL | PT Excel Meg Indo |
12 | CENTATOP 288 SL | UD KIA Niaga Chemindo |
13 | CHELENGER 276 SL | PT. Dharma Guna Wibawa |
14 | DELTAXONE 280 SL | PT. Fajar Buana Chemical |
15 | DIVAXONE 243 SL | PT Multi Sarana Indotani |
16 | DIVAXONE MIX 255 SL | PT Multi Sarana Indotani |
17 | ENKAZONE 276 SL | PT. Nusamas Kimia Persada |
18 | FANATOP 288 SL | PT Petrokimia Kayaku |
19 | FARMQUAT 276 SL | PT Farmco Kimia |
20 | FASTQUAT 276 SL | PT Bahtera Boniaga Lestari |
21 | GENQUAT 276 SL | PT Sinar general Industri |
22 | GERXONE 288 SL | PT. Agro Makmur Chemindo |
23 | GRAMAQUAT 282 SL | PT Petrokimia Kayaku |
24 | GRAMATOP 280 SL | PT. Winner Agrochem Internusa |
25 | GRAMAXONE 276 SL | PT Syngenta Indonesia |
26 | GRAMAXONE S 276 SL | PT Syngenta Indonesia |
27 | GRIMASON PLUS 200/5 SL | PT Centra Brasindo Abadi |
28 | GTXONE 300 SL | PT. Ria Indo Agri |
29 | GULMAXONE 276 SL | PT Surat Tani |
30 | HERBATOP 276 SL | PT. Fadjarpurnama Pratama Inti |
31 | HERBIQUAT 276 SL | PT Green Aple Indonesia |
32 | HERBISTOP 276 SL | PT. FadjarAgro Sarana |
33 | HIROXONE 276 SL | PT Asia Agro Indonesia |
34 | IGUAL 276 SL | PT Rotam Indonesia |
35 | KONTAXONE 310 SL | PT Sinar general Industri |
36 | KRESNAXONE 297 SL | PT. Sari Kresna Indonesia |
37 | LANGKIL 276 SL | PT. Agromanna Jaya Lestari |
38 | MANTAPXONE 135 SL | PT Sinar general Industri |
39 | MANDOXONE 276 SL | PT. Sinar General Industri |
40 | MARKOTOP 300 SL | PT. Sentani Sejahtera |
41 | MAR-XONE | PT. DuPont Agricultural Product |
42 | MORINHO 276 SL | PT Indo Hoecth |
43 | MP-Quat 280 SL | PT. Erinda Pratama Prima Mandiri |
44 | MR QUAT 282 SL | PT. Agro Dynamics Indo |
45 | MUPXONE 276 SL | PT. Agrotech Pestiside Industri |
46 | NARAXONE 320 SL | PT. Samudra Utama Narapati |
47 | NOXONE 297 SL | PT. Multi Sarana Indotani |
48 | NOXONE MIX 308 SL | PT. Multi Sarana Indotani |
49 | NUQUAT 276 SL | PT. Crop Care Indonesia |
50 | PAKAR 276 SL | PT. Douta Utaman Indonesia |
51 | PARADOX 276 SL | PT. Sinon Indonesia |
52 | PARANOX 276 SL | PT. Remaja Bangun Kencana |
53 | PARAQUEN 276 SL | PT. Kenso Indonesia |
54 | PARA SPESIAL 250 SL | PT. Agrikimia Nusantara |
55 | PARATONE 280 SL | PT. Adil Makmur Fajar |
56 | PARATOP 276 SL | PT. Deltagro Mulla Sejati |
57 | PARAXONE 276 SL | PT. Surat Tani |
58 | PARADINE 138 SL | PT. Sari Kimia Unggul |
59 | PLUTO 276 SL | PT. Dalzon Chemical Indonesia |
60 | POINTER 276 SL | PT. Saprotan Utama |
61 | PREDOTONG 290 SL | PT. Prima Karya Berjaya |
62 | PRIMAKUAT 276 SL | PT. Centra Brasindo Abadi |
63 | PROMAXONE 276 SL | PT. Centra Brasindo Abadi |
64 | PRIMAXONE PLUS 280 SL | PT. Centra Brasindo Abadi |
65 | PRAMAXONE ULTRA 300 SL | PT. Centra Brasindo Abadi |
66 | PROQUAT 276 SL | PT. Natani Indonesia |
67 | QUATIS 276 SL | PT. Zenex Agroscience Indonesia |
68 | QUAT-XONE | PT Sapotan Utama |
69 | RAMOXONE 276 SL | CV Saprotam Utama |
70 | RIDATOP 288 SL | PT. Asiana Chemicalindo Lestari |
71 | ROLIXON 276 SL | PT. Romex Kimia Nusamas |
72 | SANKUAT 276 SL | PT. Dwitama Sembada |
73 | SANTAQUAT 276 SL | PT. Sentani Sejahtera |
74 | SCANNER 276 SL | PT. Catur Agrodaya Mandiri |
75 | SERVOXONE 276 SL | PT. Multi Sarana Indotani |
76 | SIDAXONE 276 SL | PT. Petrosida Gresik |
77 | SPECTRA 280 SL | PT. Syngenta Indonesia |
78 | SQUAD 200 SL | PT Petrokimia Kayaku |
79 | STARQUAT 135 SL | PT. Adil Makmur Fajar |
80 | SUPRETOX 276 SL | PT Agro Persada |
81 | TAMAXONE 276 SL | PT. Fortuna Mulia Sejati |
82 | TIMTOP 135 SL | CV Flora dan Fauna |
83 | TOPZONE 276 SL | PT. Inti Everspring Indonesia |
84 | TRIDAXONE 276 SL | PT. Trida Bangun Kimia Bakti |
85 | UNIQUAT 276 SL | PT Upl Indonesia |
86 | WEEDGONE 480 SL | PT. Sinar General Industries |
87 | ZENUS 276 SL | PT Biotis Agrindo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar yang sifatnya membangun