Syarat
Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
Tanah
Kelapa
sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik
Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara
sungai. Produksi kelapa sawit lebih tinggi jika di tanam di daerah bertanah
Podzolik jika dibandingkan dengan tanah berpasir dan gambut.Tanaman kelapa
sawit dapat tumbuh dengan sangat baik di banyak jenis tana, yang terpenting
adalah tidak kekurangan air pada saat musim kemarau dan tidak tergenang
air pada saat musim hujan (memiliki drainase yang baik) karena apabila tanaman
sering tergenang air maka akarnya akan membusuk (Anonimus, 2002).
Tingkat
keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan
memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Untuk mencapai
tingkat keasamaan ini maka di daerah gambut diperlukan perlakuan pemberian
pupuk Dolomit atau Kieserite dalam jumlah yang lebih besar bila dibandingkan
dengan kelapa sawit yang di tanam di tanah darat. Kemiringan lahan kebun kelapa
sawit sebaiknya tidak lebih dari 15° (Anonimus, 2002).
Iklim
Kelapa
sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130
Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,
Asia, dan Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit
secara umum adalah sebagai berikut :
1. Cahaya
Tanaman
kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari.
penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah, maka tanaman
ini akan tumbuh dengan penyinaran matahari yang tinggi (Anonimus, 2002).
Tanaman
Kelapa sawit akan tumbuh pada daerah yang intensitas cahaya yang tinggi di
karenakan tanaman tersebut tanaman yang tahan akan intensitas penyinaran yang
tinggi tidak memerlukan naungan bahkan iya dapat tumbuh baik dan produksi akan
optimal (Anonimus, 2002).
2. Suhu
Suhu/Temperatur
optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24 - 28oC. Jadi
ketinggian tempat yang ideal untuk kelapa sawit antara 1-500 m dpl (di atas
permukaan laut) (Raf’an, 2008).
Kelembaban
optimum yang ideal untuk tanaman kelapa sawit sekitar 80-90% dan kecepatan
angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan (Raf’an, 2008).
3. Curah
Hujan
Tanaman
Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 – 4.000 mm per tahun, tetapi curah
hujan optimal 2.000 – 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih
dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya
berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada
pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih
sedikit (Raf’an, 2008).
Namun
curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun
karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran
transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya
erosi (Raf’an, 2008).
4.
Ketinggian Tempat
Tanaman
kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketimggian tempat 1000 meter diatas
permukaan laut (dpl). Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas optimal akan
lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketinggian 400m dpl (Raf’an, 2008).
Biasanya
ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan maupun
perkembangannya tanaman kelapa sawit, pada ketinggian tempat yang sangat tidak
di anjurkan untuk tanaman kelapa sawit tanaman tersebut akan tetapi adanya
keterhambatan dalam hidupnya bahkan tidak tumbuhnya tidak optimal (Raf”an,
2008).
Morfologi
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq)
Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang
sepanjang 15 cm, tetapi akar ini mudah mati dimana hanya mampu bertahan
selama 6 buan dan segera digantikan dengan akar serabut. Dari radikula akan
muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara. Akar ini kemudian
fungsinya diambil alih oleh akar primer yang keluar dari bagian bawah batang
beberapa bulan kemudian. Akar primer tersebut berfungsi mengambil air dan unsur
hara (Anonimus, 2011).
Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horisontal dan
dari akar sekunder tumbuh juga akar tertier dan kuarter yang berada dekat pada
permukaan tanah.Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman
rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus kebawah dan sebagian tumbuh
mendatar kearah samping (Anonimus, 2011).
Panjang akar kelapa sawit dapat mencapai 50 meter. Penyerapan
unsur hara terjadi melalaui serabut akar dan biasanya terdapat pada
permukaan tanah yang lembab seperti di bawah tumpukan pelepah. Pada
tanaman di lapangan akar tertier dan akar kuarter berada pada 2,0 – 2,5 m dari
pangkal pohon atau di luar piringan dan terkonsentrasi pada kedalaman 0 – 20 cm
dari permukaan tanah. Akar primer yang keluar dari pangkal batang jumlahnya
sangat banyak dengan diameter 5,0 – 10,0 mm dan tumbuh ke bawah sampai
kedalaman 1,5 m. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter ukurannya semakin
kecil dengan diameter masing-masing 2,0 – 4,0 mm, 0,7 – 2,0 mm dan 0,1 – 0,3 mm
(Anonimus, 2011).
Batang
Kelapa
sawit termasuk tumbuhan pohon. Kelapa sawit termasuk
tanaman monokotil maka batangnya tidak memiliki kambium dan pada umumnya tidak
bercabang. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus
oleh pelepah daun. Batang bagian bawah umumnya lebih besar disebut
bonggol batang. Sampai umur tiga tahun batang belum terlihat karena masih
terbungkus oleh pelepah daun yang belum dipangkas atau ditunas. Laju
pertumbuhan tinggi batang dipengaruhi oleh komposisi genetik dan lingkungan.
Tinggi batang bertambah kira-kira 45 cm/tahun, tinggi maksimum tanaman kelapa
sawit yang ditanam diperkebunan 15-18 meter sedangkan di alam dapat mencapai 30
meter (Anonimus, 2011).
Batang kelapa sawit adalah tunggal (tidak bercabang)
kecuali abnormal. Laju pertumbuhan tinggi tanaman dipengaruhi oleh komposisi
genetik dan lingkungan. Batang mengandung banyak serat dengan jaringan pembuluh
yang menunjang pohon dan pengangkutan hara. Jika sudah tua batangnya di tutupi
oleh sisa potongan pelepah dan jika sudah berumur diatas 15 tahun
sisa potongan pelepah tersebut akan rontok sehingga akan jelas kelihatan batang
kelapa sawit bulat dengan bentuk mirip batang kelapa. Bagian bawah batang
umumnya lebih besar (disebut bongkol batang = bowl). Pertumbuhan meninggi
batang berbeda-beda tergantung dari varitas dan tipenya, tetapi pada umumnya
tinggi batang bertambah 25 – 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang
sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Tinggi pohon
maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar antara 15 – 18 m (Moenandir,
1996).
Daun
Tanaman
kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau
ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam
dan keras di kedua sisisnyaDi tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi
sebagai tulang daun. Daun pertama yang keluar pada stadia bibit adalah
berbentuk lanceolate kemudian berkembang menjadi bifurcate dan terakhir
berbentuk pinnate . Pada umur bibit 5 bulan akan dijumpai 5 lanceolate, 4
bifurcate dan 3 pinnate. Sedangkan pada umur bibit 12 bulan akan terdapat 5
lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate (Moenandir, 1996).
Pangkal
pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya
anak/helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folium), tangkai daun
(petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium),
lidi (nervatio), tepi daun (margo folium) dan daging daun
(Iintervenium).Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk,
daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjang nya 7,5 – 9
meter dengan jumlah daun yang tumbuh dikedua sisi berkisar 250 –
400 helai. Pada satu batang kelapa sawit biasanya terdapat 40 – 50
pelepah daun dengan luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat
produktivitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah
daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan
dengan baik (Moenandir, 1996).
Buah
Buah
kelapa sawit menempel dikarangan yang disebut tandan buah. dalam satu tandan
terdiri dari puluhan sampai ribuan buah. tandan buah akan mencapai ukuran
maksimal (terbesar) pada umur 4,5-5 bulan. pada umur ini mulai dibentuk zat-zat
minyak yang disusun dalam sel-sel pengisi disela-sela sabut buah. minyak sabut
(CPO) berwarna jingga karena banyak mengandung karoten. bersamaan dengan
pembentukan minyak, warna kulit buah akan berubah dari ungu menjadi orannye
merah (Moenandir, 1996).
Buah
kelapa sawit terbentuk pada bakal buah dan disebut buah sejati tunggal dan
berkelamin (carnosus). Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai
buah matang lebih kurang 6 bulan. Buah dapat juga terjadi lebih lambat atau
lebih cepat tergantung dari keadaan iklim setempat. Dalam satu tandan dewasa
dapat mencapai lebih kurang 2000 buah. Biji kelapa sawit terdiri atas beberapa
bagian penting. Biji merupakan buah yang telah terpisah dari bagian buah, yang
memiliki berbagai ukuran tergantung tipe tanaman. Biji terdiri atas cangkang,
embrio, dan inti atau endosperma. Embrio panjang nya 3 mm, berdiameter 1,2 mm
berbentuk silindris seperti peluru memiliki 2 bagian utama. Bagian yang tumpul
permukaan berwarna kuning dan bagian yang lain agak tajam berwarna putih
(Butonutara, 2007).
Berdasarkan
ketebalan daging buah (mesocarp) dan cangkang (endocarp) kelapa sawit di bagi
menjadi 3 klasifikasi:
1.
Dura
Dura
memiliki ciri – cirri daging buah (mesokarp) tipis sekitar 35 -65 persen dan cangkang (endocarp)
tebal sekitar 20 - 50 persen, serta inti buah (endosperm) sekitar 4 - 20 persen. Kelapa sawit jenis ini memiliki rendemen CPO dan PKO yang rendah.
2.
Psifera
Psifera
memiliki ciri – ciri daging buah (mesokarp) sangat tebal sekitar 92 - 96 persen tetapi cangkang dan biji (Endorsperm)
sangat kecil sekitar 3 - 8 peren. Jenis kelapa sawit ini memiliki produksi CPO yang tinggi tetapi
pada kenyataan di lapangan jenis ini menghasilkan sedikit bunga betina sehingga
produksinya rendah.
3.
Tenera
Tenera
adalah hasil persilangan dengan induk betina adalah dura dan induk jantan
adalah Psifera dimana jenis ini memiliki ciri daging buah (mesocarp) tebal sekitar 60 - 96 persen dan
cangkang tipis (endocarp) 3 - 20 persen, tetapi memiliki ukuran kernel yang besar (endosperm) sekitar 3 - 15 persen sehingga produksi CPO
dan PKO tinggi. Jenis tenera inilah yang disebut dengan bibit unggul kelapa
sawit (Moenandir, 1996).
Produktifitas Sawit Terhadap Kelas
Lahan Bibit Marihat
Umur
|
Kelas lahan S1
|
Kelas lahan S2
|
Kelas lahan S3
|
||||||
(Thn)
|
T
|
RBT
|
TBS
|
T
|
RBT
|
TBS
|
T
|
RBT
|
TBS
|
3
|
22
|
3,2
|
6
|
18
|
3
|
5
|
17
|
3
|
5
|
4
|
19
|
6
|
12
|
18
|
6
|
10
|
17
|
5
|
9
|
5
|
19
|
7,5
|
15
|
17
|
7
|
12
|
16
|
7
|
10
|
6
|
16
|
10
|
18
|
15
|
9,4
|
16
|
15
|
8,5
|
14
|
7
|
16
|
12,5
|
21
|
15
|
11,8
|
20
|
15
|
11,1
|
18
|
8
|
15
|
15,1
|
26
|
15
|
13,2
|
25
|
15
|
13
|
23
|
9
|
14
|
17
|
29
|
13
|
16,5
|
27
|
13
|
15,5
|
25
|
10
|
13
|
18,5
|
31
|
12
|
17,5
|
27
|
12
|
16
|
25
|
11
|
12
|
19,6
|
31
|
12
|
18,5
|
27
|
12
|
17
|
25
|
12
|
12
|
20,5
|
31
|
11
|
19,5
|
27
|
11
|
18,5
|
25
|
13
|
11
|
21,1
|
31
|
11
|
20
|
27
|
10
|
20
|
25
|
14
|
10
|
22,5
|
31
|
10
|
21,8
|
27
|
10
|
21
|
25
|
15
|
9
|
23
|
30
|
9
|
23
|
26
|
9
|
21
|
24
|
16
|
8
|
24.5
|
28
|
8
|
23,1
|
25
|
8
|
22
|
24
|
17
|
8
|
25
|
27
|
8
|
24,1
|
25
|
7
|
23
|
23
|
18
|
7
|
26
|
26
|
7
|
25,2
|
24
|
7
|
24
|
22
|
19
|
7
|
27,5
|
25
|
7
|
26,4
|
23
|
6
|
25
|
22
|
20
|
6
|
28,5
|
24
|
6
|
27,8
|
22
|
5
|
27
|
21
|
21
|
6
|
29
|
23
|
6
|
28,6
|
22
|
5
|
27
|
20
|
22
|
5
|
30
|
22
|
5
|
29,4
|
21
|
5
|
28
|
19
|
23
|
5
|
30,5
|
21
|
5
|
30,1
|
20
|
4
|
29
|
18
|
24
|
4
|
31,9
|
19
|
4
|
31
|
18
|
4
|
30
|
17
|
25
|
4
|
32,4
|
19
|
4
|
32
|
18
|
4
|
34
|
17
|
Rerata
|
10,78
|
20,79
|
23,74
|
10,26
|
20,21
|
21,48
|
9,87
|
19,37
|
19,83
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar yang sifatnya membangun