Sabtu, 03 Februari 2018

Analisa Produktivitas Benih Socfindo


Socfindo adalah salah satu perusahaan yang di tunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan penyediaan benih unggul kelapa sawit. Benih unggul Socfindo adalah hasil persilangan benih unggul DxP, dan kebun percobaan Socfindo berada di dua tempat yakni di kebun percobaan Aek Kwasan, Aek Loba Timur (Kabupaten Asahan) dan Bangun Bandar (Kabupaten Serdang Bedagai) Provinsi Sumatera Utara, Indonesia dan sebagian sumber benih juga berasal dari kebun percobaan yang ada di Benua Afrika seperti dari La'me, La Dibamba dan Pobe.

Sejak Agustus 2013, Socfindo telah merilis 1 varietas unggulan terbaru. Sehingga saat ini, selain dari 2 varietas yang sudah ada Socfindo telah resmi memasarkan 3 jenis varietas DxP Socfindo yang memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing.
DxP Socfindo MT Gano
DxP Unggul Socfindo Lame
DxP Unggul Socfindo Yangambi

Secara umum, ketiga varietas bibit unggul tersebut didistribusikan dalam 2 bentuk, benih kecambah (seeds) dan bibit polybag prenursery. Akan tetapi khusus untuk varietas DxP Socfindo MT Gano hanya dipasarkan dalam bentuk kecambah. Masing-masing varietas unggul DxP Socfindo memiliki keunggulan yang khas.
Sebagai gambaran dari hasil riset terhadap produksi benih Sochfindo yang di lakukan oleh PT Socfindo dengan berbagai kelas lahan, dan  Benih dan bibit kelapa sawit yang diproduksi oleh PT. Socfin Indonesia memiliki kualitas yang teruji dan terbukti, selalu mengandalkan kualitas, serta tidak kalah bersaing dengan produk lain yang ada di pasar. Merupakan bibit tenera dari hasil persilangan Dura x Pisifera terbaik yang diperoleh dari berbagai famili yang sudah teruji keunggulannya.

Dalam perjalanannya kami selaku konsultan perkebunan kelapa sawit telah melakukan uji terhadap produktivitas benih socfindo pada  2 perusahaan yang berbeda yakni satu perusahaan di Kalimantan Timur, dan satu perusahaan di Sumatera Utara, hal ini kami lakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh produksi dengan menggunakan benih socfindo pada dua kelas lahan yang sama yakni KKL 3 tetapi pada wilayah yang berbeda, dalam pengambilan sampel ini tidak ada kami bahas analisa keadaan dan kondisi kebun yang di lakukan sampel.(bahasan tentang keadaan "mengapa" ada dalam laporan yang tidak bisa kami publish disini)

Dari salah satu perusahaan yang berada di Kalimantan Timur  "PT Kelapa Sawit" (nama di samarkan) dengan luas HGU 7.200 ha menggunakan benih asal Socfindo dengan kelas kesesuaian lahan S3 (KKL S3), berikut tabel produksi PT Kelapa Sawit pada tahun tanam 2009 (TM 5) dan tahun 2012 (TM 2) hingga bulan Nopember 2017



Dari tabel terlihat (angka berwarna merah adalah ketidak mampuan menyamakan produksi yang dicanangkan oleh sochfindo) bahwa produksi benih Sochfindo cukup baik tumbuh dan berproduksi di areal PT Kelapa Sawit, ini terlihat  pada tahun tanam 2009 (TM 5) rata rata produksi hingga Nopember 2017  adalah 18.83 ton per hektar sementara pada hasil riset Sochfindo untuk TM 5 produksi yang harus di capai adalah 21 ton/ha/thn atau terjadi defisit sebesar 2,17 ton, dan tahun tanam 2012 (TM 2) produksi sebesar 12.18 ton per hektar per tahun dan berdasarkan riset Sochfindo untuk TM 2 produksi yang harus di capai adalah 12 ton/ha/thn untuk TM 2 terjadi surplus dari seharusnya yakni sebesar 0,18 ton.

Sementara pada produksi TBS dari jenis bibit yang sama yaitu Socofindo dengan kelas kesesuaian lahan S3, berada di propinsi Sumatera Utara, perusahaan yang berada di Propinsi Sumatera Utara "PT Palm Oil" (nama di samarkan) dengan klas kesesuaian lahan S3, dengan luas total HGU 9.826,79 hektar terbagi dalam 4 tahun tanam yaitu tahun tanam 2002 seluas 2.526,56, tahun tanam 2003 seluas 2479,43, tahun tanam 2004 seluas 2.446,17 hektar, serta tahun tanam 2005 seluas 2.374,63 hektar, data kami peroleh adalah data tahun tanam 2005 seluas 2.374,63 hektar, disampaikan pada tabel berikut :




Banyak faktor yang mendukung untuk tercapainya produktivitas yang tinggi dari hasil produksi yang sesuai dengan apa yang telah di lakukan penelitian dari  perusahaan penyedia benih, antara lain
1.    Iklim dan Curah Hujan
2.    Penggunaan Pupuk
3.    Kelas Kesesuaian Lahan
4.    Penggunaan Tenaga Kerja
5.    Kematangan Panen yang berkelanjutan
6.    Perawatan Tanam Infrastruktur Tanaman
7.    Managemen Pruning

Jadi Hasil survey dari kedua perusahaan diatas tidak bisa di jadikan tolok ukur akurasi keberhasilan dan efektivitas dari benih sochfindo, karena faktor yang mengakibatkan keberhasilan atau ketidak mampuan mengejar produktivitas yang di canangkan oleh penyedia benih tidak di lakukan seperti 7 faktor diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun