Selasa, 06 Februari 2018

Konflik di Lingkungan Perkebunan


LATAR BELAKANG
Perusahaan perkebunan kelapa sawit banyak berhubungan dengan masyarakat sehingga rawan konflik berkaitan dengan hukum,. Politik, ekonomi dan budaya masyarakat. Komunitas sosial sekarang cenderung semakin terdidik, mengerti dan sadar hak (jaringan mudah). Sehingga semakin agresif menuntut haknya. Kadang-kadang juga mudah dimanfaatkan pihak ketiga. Kemitraan adalah solusi terbaik untuk membangun harmonisasi hubungan yang saling menguntungkan, khususnya antara perusahaan perkebunan dengan masyarakat di sekitarnya.

KONFLIK DILINGKUNGAN PERKEBUNAN
Lingkungan perkebunan kini sudah berubah. Awalnya perusahaan perkebunan sangat dihormati dan disegani oleh masyarakat, tetapi sekarang sudah menjadi bagian dari masyarakat. Perusahaan juga harus menyadari adanya perubahan sifat sosial masyarakat yang kini cenderung individual, berselera global, mudah stres dan emosional. Hal ini menyebabkan potensi konflik antara pihak perkebunan dengan masyarakat sekitar meningkat.

Beberapa bentuk konflik yang sering mencuat di perkebunan diantaranya penjarahan hasil kebun, klaim atas lahan perkebunan, ancaman terhadap karyawan, perusakan asset perkebunan, tuntutan pencemaran lingkungan dan demo buruh. Konflik sosaial ini diantaranya disebabkan oleh tidak adanya kepuasan kedua belah pihak, perbedaan persepsi dan perilaku yang tidak bersahabat. Konflik sosial juga dapat dipicu oleh kurangnya pemahaman dari pihak tertentu, seperti pejabat atau tokoh masyarakat yang dapat membangun opini publik tentang perkebunan yang bersifat negatif.

Akibat dari konflik sosial ini jelas sangat merugikan bagi perkebunan. Proses produksi menjadi tidak efektif dan efisien akibat produktivitas karyawan menurun dan biaya produksi meningkat. Bagi masyarakat pun, konflik ini tidak ada untungnya. Pasalnya, hubungan dengan perkebunan menjadi tidak harmonis. Selain itu, tak jarang pula ada pihak lain yang memanfaatkan kondisi ini dan membuat suasana semakin tidak menyenangkan.

Indikasi adanya konflik sosial sebenarnya bisa dideteksi sejak dini. Misalnya, menyadari adanya suasana tegang dan tidak ramah, hasil kerja tidak optimal, adanya pemaksaan kehendak, saling menyalahkan dan tidak saling menunjang. Untuk menghadapi situasi seperti ini, pihak yang menjalankan perusahaan hendaknya menganalisis keadaan dengan berpikir jernih, bersikap tenang dan selalu berpijak pada logika.

Banyak hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk mencegah pecahnya konflik sosial dengan masyarakat sekitarnya. Salah satunya dengan pendekatan sosial kepada masyarakat sekitarnya, misalnya dengan melakukan kegiatan bersama-sama dengan masyarakat yang sekaligus bisa menjadi wahana sosialisasi peran dan fungsi kebun di masyarakat.

Sementara itu, opini publik negatif yang dapat mengancam perkebunan sebaiknya disikapi secara obyektif dan dijadikan sebagai bahan untuk introspeksi. Pihak perkebunan harus terbuka dalam program kerja, memperluas jaringan dan memperkuat public relation, sehingga citra perkebunan kembali meningkat.

Jika konflik sudah terjadi, perusahaan harus terus melakukan negosiasi atau musyawarah dengan masyarakat untuk mendapatkan kesepakatan yang memuaskan semua pihak. Cara lain yang bisa dilakukan adalah menggalang kekuatan moral dengan tokoh masyarakat. Jika tidak berhasil, jalur hukum bisa ditempuh. Selanjutnya, jika konflik sudah mereda, harus ditindaklanjuti dengan komunikasi sosial yang intensif dan operasi simpatik kepada masyarakat.

Intinya, landasan hubungan perkebunan dengan lingkungan sosial di sekitarnya harus kuat dan mampu menumbuhkan rasa saling pengertian, rasa saling membutuhkan, memberikan keuntungan bersama dan dapat meningkatkan kualitas masyarakat. Hubungan seperti tersebut bisa dicapai dengan sistem kerjasama atau kemitraan yang sehat.

PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Latar belakang dibentuknya sistem kemitraan bagi perusahaan adalah Pengembangan masyarakat dengan cara membentuk kepercayaan masyarakat, mengelola pengharapan masyarakat dan menjalankan kompetensi. Pengembangan potensi masyarakat sekitar juga diperlukan untuk mengurangi konflik sosial. Program pengembangan masyarakat oleh perusahaan dilakukan melalui Community Development (CD) dan Corporate Social Responsibility (CSR).

Beberapa kegiatan dan program CD diantaranya dengan memberikan penghormatan kepada adat dan budaya setempat, terbukanya kesempatan kerja, tersedianya infrastruktur ekonomi masyarakat dan fasilitas umum masyarakat. Citra posistif tentang tanggung jawab perusahaan inti akan mulai terbentuk sehingga mampu membangun harmonisasi hubungan dengan masyarakat untuk jangka panjang.

Langkah nyata CSR dalam melancarkan ekonomi masyarakat dilakukan dengan pengadaan sembako yang bekerjasama dengan pengusaha lain setempat. Selain itu, perlu juga dilakukan operasi simpatik seperti pembangunan sarana, pra-sarana dan peningkatan pelayanan kesehatan di lingkungan perkebunan. Kerjasama sosial bersama dengan tokoh masyarakat, pihak LSM dan media juga merupakan salah satu tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat di lingkungan perkebunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun