Jumat, 23 Februari 2018

Hama Belalang


Salah satu hama tanaman dari jenis serangga pada tanaman kelapa sawit disamping hama yang sudah sering kita dengar seperti Ulat Api, Ulat kantung,  kumbang tanduk, kumbang malam, maka belalang merupakan salah satu serangga pemakan daun kelapa sawit yang cukup membahayakan dalam serangan yang seporadis, serangan hama ini sering terjadi pada wilayah Sulawesi maupun Irian.

Belalang (Locusta, sp) merupakan serangga yang dapat merugikan tanaman budidaya (tanaman Kelapa Sawit, Tebu, Jeruk dan Mangga) karena selain memakan rumput-rumputan juga dapat memakan bagian tanaman Kelapa Sawit (daun muda). Belalang (Locusta, sp) ini masuk dalam kategori, Kelas: Insekta, Ordo: Orthoptera, Famili: Acridida, Genus: Locusta, Species: Locusta migratori (Oda, 1997) 

FISIOLOGI

Pada fase hidup menyendiri, Belalang jantan mempunyai ukuran panjang 30 – 40 mm dan betina 30 – 70 mm. Namun dalam fase berkelompok, ukuran pejantan lebih besar yaitu 42 - 45 mm dan betina 37 - 60 mm. Warna kulit Belalang ini beraneka warna, di mana Belalang dewasa berwana hijau keabu-abuan sampai kehitam-hitaman. Namun Belalang muda berwarna kehitam-hitaman dan kehijauan (tergantung fasenya). Bentuk sayap berbintik-bintik

Belalang (Locusta sp) ini menyerang tanaman tergantung pada keadaan iklim (terutama musim kemarau atau kering). Siklus hidup dari telur ke telur mencapai 70 - 110 hari, dengan masa inkubasi telur 15 hari, 30 - 50 hari untuk stadia larva dan aktivitas serangga dewasa dapat berlangsung sampai 50 hari. Telur-telur diletakkan pada permukaan tanah yang tidak tertutup. Belalang betina mampu bertelur sampai 200 butir pada 7 - 8 tempat. Pada serangan yang parah (hebat) keberadaan musuh alami belum dapat mengendalikan Belalang ini

PENGENDALIAN
  • Secara mekanis dengan menghancurkan telur dan nimfanya, menangkap belalang menggunakan jaring serangga atau perangkap lem yang dipasang di sekitar pangkal batang untuk menghalangi betina bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon;
  • Secara kultur teknis dengan menanam tanaman penutup tanah, misalnya Mucuna bracteata, Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya;
  • Secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan menggunakan insektisida dengan interval 1-2 minggu sekali. Insektisida  yang direkomendasikan oleh Komisi Pestisida Indonesia tahun 2016 untuk hama Oxya chinensis: Lamda sihalotrin + Tiametoksam (Alika 247 ZC).
  • Secara biologis menggunakan parasit Leefmansia bicolor tapi hasilnya belum memuaskan

Sumber : http://www.doktersawit.com/belalang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun