Rabu, 07 Februari 2018

Faktor Supply Demand CPO


Melihat perkembangan kebutuhan industri minyak makan yang kian meningkat menjadi peluang bagi produsen minyak sawit mentah dunia untuk memenuhi permintaan global. Bahkan bukan hanya untuk dimakan, kedepannya industri bahan bakar mulai memilih minyak sawit sebagai alternatif pengganti minyak fosil. 

Oil World mencatat pada tahun 2012  konsumsi CPO dunia tumbuh 5,6% menjadi 51,15 juta ton atau meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 49,15 juta ton, atau dibandingkan tahun 2010 sebesar 46,56 juta ton.  Kenaikan permintaan ini mulai dapat diimbangi dengan produksi CPO dunia yang tercatat mencapai 50,18 juta ton pada 2011, yang naik 9,4% dari tahun sebelumnya berjumlah 49,06 juta ton

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar domestik dan dunia :
  • Perubahan luas areal tanaman menghasilkan perusahaan perkebunan besar negara kurang responsif terhadap perubahan harga minyak sawit dibandingkan dengan perkebunan besar swasta dan rakyat. Hal ini dapat terjadi karena kebijakan pemerintah yang menetapkan pemasaran bersama minyak sawit sehingga perilaku perusahaan perkebunan besar negara lebih ditentukan oleh aturan-aturan pemerintah.
  • Perubahan produktivitas perkebunan besar negara, swasta, dan rakyat di semua wilayah Indonesia tidak responsif terhadap perubahan luas areal, sehingga peningkatan produksi minyak sawit lebih dikarenakan peningkatan luas areal tanaman kelapa sawit tanpa peningkatan produktivitas.
  • Harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap perubahan jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik (seperti industri minyak goreng sawit, oleokimia, sabun, margarin, dan biodiesel) akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga dapat meningkatkan harga yang diterima produsen minyak sawit domestik.
  • Permintaan negara-negara importir minyak sawit utama dunia (Cina dan India) tidak responsif terhadap perubahan harga minyak sawit di pasar dunia, sedangkan impor minyak sawit Pakistan responsif terhadap perubahan harga minyak sawit di pasar dunia. Permintaan impor minyak sawit Cina dan India lebih dipengaruhi perubahan pendapatan dan jumlah penduduknya.
  • Penawaran negara-negara eksportir utama dunia (Indonesia dan Malaysia) tidak responsif terhadap perubahan harga ekspor minyak sawitnya. Penawaran ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perubahan produksi minyak sawit domestik.
  • Impor minyak sawit oleh Cina dan Pakistan relatif lebih responsif terhadap perubahan harga minyak kedele dunia (sebagai substitusi dari minyak sawit) dibandingkan dengan India, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Cina, Pakistan, dan India merupakan negara produsen minyak kedele, tetapi kebijakan pembatasan impor pemerintah India mengenakan pajak impor minyak sawit yang lebih tinggi dibandingkan Cina dan Pakistan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar yang sifatnya membangun